Bisnis.com, BANDA ACEH - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR memacu pengerjaan pembangunan tiga bendungan di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Ketiga bendungan Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut yaitu Bendungan Keureuto di Aceh Utara. Kemudian, Bendungan Rukoh dan Bendungan Tiro di Kabupaten Pidie.
Saat ini Kementerian PUPR tengah menyelesaikan pembangunan Bendungan Rukoh di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatra I Djaya Sukarno menyatakan saat ini progres konstruksi bendungan sudah mencapai 8,69 persen dan ditargetkan selesai pada 2022.
"Saat ini konstruksi memasuki tahap penyelesaian outlet terowongan pengelak aliran sungai agar dapat dilakukan pekerjaan utama pada tubuh bendungan," ujar Djaya ketika mengunjungi lokasi konstruksi terowongan Bendungan Rukoh, Sabtu (22/2/2020).
Djaya menambahkan secara total ada tiga PSN bendungan dan dua proyek daerah irigasi.
Baca Juga
"Untuk Bendungan Keureuto, saat ini sudah mencapai hampir 70 persen Di Rukoh 8 persen hampir 10 persen," katanya.
Pembangunan bendungan ini merupakan bagian dari upaya mendukung pengembangan sektor pertanian dan pemenuhan kebutuhan air di Aceh serta pengendalian banjir dan tenaga listrik
Bendungan Rukoh yang berada di aliran Sungai Krueng Rukoh memiliki luas area genangan 767 hektare dan disiapkan untuk menampung air hingga 128 juta meter kubik.
Bendungan ini memiliki dampak bagi masyarakat untuk mengairi lahan persawahan seluas 11.950 hektare khususnya di Kecamatan Keumala, Kabupaten Pidie.
Bendungan Rukoh dibangun sejak akhir 2018 dengan biaya APBN Rp1,5 triliun. Pelaksanaan pembangunan dilakukan secara bertahap melalui dua paket dengan masing-masing kontraktor, PT. Nindya Karya (Persero) untuk paket 1 senilai Rp377 miliar dan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk KSO PT. Adhi Karya (Persero) dan PT. Andesmont Sakti untuk paket 2 senilai Rp1,129 triliun.
Selain sebagai sumber irigasi, bendungan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air bersih dan penyediaan air baku sebesar 0,90 m3/detik bagi 22.848 jiwa di wilayah Kecamatan Titeue, Kabupaten Pidie.
Kehadiran bendungan juga berpotensi menjadi sumber pembangkit listrik (PLTA) sebesar 1,22 megawatt, serta mengatasi permasalahan banjir di Kabupaten Pidie untuk periode ulang 50 tahunan dengan 116,83 meter kubik per detik. Selain itu, Bendungan ini bisa menjadi destinasi wisata baru.
Bendungan Rukoh merupakan salah satu Program Strategis Nasional (PSN) yang dibangun Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera 1 Ditjen Sumber Daya Air.
Selain itu di Kabupaten Pidie telah direncanakan pembangunan Bendungan Tiro yang letaknya di hulu dari Bendungan Rukoh.
Djaya mengatakan, saat ini Kementerian PUPR masih menyusun perubahan desain pembangunan Bendungan Tiro. Bila desainnya rampung dan disetujui, akan dilanjutkan dengan kegiatan konstruksi. Pembangunan bendungan Tiro diharapkan bisa dimulai pada Desember 2020 atau awal tahun 2021.
Djaya menanbahkan kedua bendungan tersebut didesain saling terhubung melalui terowongan yang dapat mengalirkan air ke Bendungan Rukoh saat tampungan di Bendungan Tiro melewati kapasitas.
"Desain pembangunan Bendungan Tiro masih menunggu sertifikasi dan persetujuannya karena ada perubahan akibat permasalahan lahan sehingga dibuat tampungan air yang lebih kecil. Jika sebelumnya dirancang untuk menampung air sebanyak 45 juta meter kubik kini menjadi hanya 15 juta meter kubik," ujar Djaya.
Nizamuddin, PPK Perencanan Bendungan BWS Sumatra I mengatakan nantinya Bendungan Tiro yang memiliki sumber air melimpah akan bisa menambah kapasitas Bendungan Rukoh di Kabupaten Pidie.
"Nanti akan terhubung tapi karena ada re-design dari awalnya ada relokasi dua desa, sekarang tidak ada relokasi karena pertimbangan historis sehingga masih proses sertifikasi untuk desain," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, PPK Bendungan III Yuliddin mengatakan proyek ini membutuhkan total lahan 858 hektar, terdiri dari lahan hutan produksi 345 hektar dan nonkawasan hutan sekitar 442 hektar.
"Kondisi saat ini tidak ada masalah, hanya menunggu proses pembebasan lahan, masyarakat sudah menunggu masih proses pengukuran BPN," kata Yuliddin.
"Yang sudah dibebaskan sekitar 71 hektar, kira-kira 10 persen. Saat ini, area konstruksi sudah lumayan bebas, jadi kami sudah bisa bekerja di area itu," katanya.
Djaya mengatakan pihaknya optimistis, Bendungan Keureuto dapat rampung pada 2021, kemudian Bendungan Rukoh target selesai pada 2022. Adapun untuk Bendungan Tiro, diharapkan selesai 2024.
"[Biaya investasi] Bendungan Keureuto awalnya Rp1,7 terus ada penambahan jadi sekitar Rp2,5 triliun, Bendungan Rukoh Rp1,5 triliun, kami harap tetap tidak berubah, dan Bendungan Tiro hampir Rp1 triliun," katanya.
Sebelumnya, pada 2016 di Kabupaten Pidie telah diselesaikan pembangunan Bendungan Rajui berkapasitas 2,67 juta meter kubik (m3) untuk mengairi areal persawahan seluas 1.000 hektare.