Bisnis.com, JAKARTA - Dalam mengembangkan sektor pertanian dan pemenuhan kebutuhan air di Aceh, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah merampungkan dua bendungan, yaitu Bendungan Paya Seunara di Kabupaten Sabang dan Bendungan Rajui di Kabupaten Pidie.
Menteri PUPR Basoeki Hadimoeljono mengatakan bahwa Bendungan Paya Seunara yang dibangun sejak 2001, telah selesai konstruksinya pada 2016 lalu oleh kontraktor PT Inaco Harapan-PT Inaco Putra Perkasa dengan total biaya pembangunan mencapai Rp94,89 miliar.
Bendungan yang berada di aliran Sungai Paya Seunara ini memiliki luas area genangan mencapai 98 hektare dan disiapkan untuk menampung air dari Sungai Paya Seunara hingga 1,30 juta meter kubik.
"Bendungan ini mempunyai arti penting bagi masyarakat Sabang dan juga masyarakat Pulau Weh pada umumnya karena bermanfaat bagi penyediaan air baku sebesar 125 liter per detik. Pulau Weh selama ini termasuk rawan krisis air karena salah satu sumber air utama yakni Danau Anak Laut semakin hari semakin turun ketersediaan airnya," ujarnya melalui siaran pers, Kamis (13/7/2017).
Bendungan lainnya di Provinsi Aceh yang telah selesai pembangunannya, yakni Rajui yang terletak di Desa Masjid Tanjong, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie.
Bendungan yang mulai dibangun pada awal 2011 ini selesai pada 2016, membutuhkan biaya sebesar Rp110,65 miliar.
Dengan luas genangan 33,6 hektare, bendungan ini diharapkan mampu menampung air sebanyak 2,67 juta meter kubik untuk mengairi areal persawahan seluas 4.790 hektare sehingga mendukung program swasembada pangan dan juga untuk meningkatkan penyediaan air baku.
Selain itu, lokasi Bendungan Rajui yang berada di kaki lembah Seulawah, Kabupaten Pidie, Aceh, membuatnya terlihat asri dan terbilang masih sangat alami sehingga juga menjadi salah satu destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
Pembangunan tampungan air di Aceh semakin diperbanyak oleh Kementerian PUPR. Kementerian itu juga tengah menyelesaikan Bendungan Keureuto di Kabupaten Aceh Utara. Sementara itu, dua bendungan lainnya yakni Bendungan Rukoh dan Bendungan Tiro akan segera dimulai pembangunannya.
Bendungan Keureuto merupakan salah satu bendungan terbesar yang mulai dibangun pada 2015 dan saat ini progres fisiknya mencapai 35,3%. Dari total lahan seluas 767 hektare, sebagian dana pembebasan lahan akan dibayarkan melalui dana talangan Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) yakni seluas 457 hektare sebesar Rp50 miliar.
Pembangunan Bendungan Keureuto bertujuan untuk meredam dan mereduksi debit banjir hingga 896 meter kubik/detik dengan kapasitas tampung 215 juta meter kubik.
Bendungan ini juga berfungsi untuk penyediaan air irigasi seluas 9.420 hektare, air baku 1,14 meter kubik /detik, penghasil listrik sebesar 6,34 megawatt sehingga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian di Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Bener Meriah.
Pekerjaan pembangunan Bendungan Keureuto dilaksanakan dengan kontrak tahun jamak dari 2015—2019 dan menelan dana sekitar Rp1,70 triliun.