Bisnis.com, JAKARTA — Upaya peningkatan ekspor sejumlah komoditas nonmigas utama berpelua tertahan seiring adanya gangguan produksi dan permintaan global. Kondisi ini setidaknya akan dihadapi komoditas sawit dan kopi.
Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) bidang Urusan Perdagangan dan Keberlanjutan Togar Sitanggang mengemukakan mayoritas produksi sawit nasional diserap oleh pasar dalam negeri dan luar negeri untuk pangan. Perlambatan ekonomi disebutnya bakal berimbas pada pelemahan daya beli.
"Mayoritas produksi sawit digunakan untuk makanan. Jika ekonomi melemah, begitu pula daya beli. Jika pertumbuhan ekonomi tertahan, maka pasar sawit juga bisa tertahan," katanya kepada Bisnis akhir pekan lalu.
Sementara itu, Ketua Bidang Kopi Speciality dan Industri Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Moelyono Soesilo menyatakan volume ekspor kopi berpotensi terkoreksi lantaran produksi di dalam negeri yang terganggu.
Dia menjelaskan produksi kopi pada 2020 bisa lebih rendah dibandingkan dengan 2019 akibat musim hujan yang mundur. Masa panen yang biasa terjadi pada Maret atau April disebutnya bergeser ke Juni.
"Beberapa lahan kopi di dataran rendah mengalami kerusakan sehingga produksinya turun. Tapi ada harapan pada kenaikan produksi dari kopi di dataran tinggi," ujarnya.
Baca Juga
Di sisi lain, wabah COVID-19 disebutnya belum memberi dampak yang berarti pada permintaan kopi. Terlepas akan hal tersebut, dia mengkhawatirkan adanya pengaruh jangka panjang jika wabah ini berlanjut.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan menyatakan Indonesia tetap bisa memanfaatkan pasar Asean dan Asia Selatan sebagai alternatif di tengah tebatasnya penguatan ekspor nonmigas ke mitra dagang terbesar Indonesia, yakni China.
"China pasar ekspor terbesar maupun sumber impor, tapi jangan lupa juga negara Asean, terutama Vietnam dan Myanmar juga besar. Itu pasar potensial, begitu pula Asia Selatan," kata Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kasan Muhri beberapa waktu lalu