Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Freeport Kembali Menggeliat Setelah Tambang Bawah Tanah Beroperasi

Berdasarkan laporan operasi dan keuangan 2019, Freeport-McMoRan Inc., produksi tembaga Freeport Indonesia sepanjang periode Januari-Desember 2019 sebanyak 607 juta pounds. Jumlah tersebut anjlok 47,67 persen dari produksi tembaga pada periode yang sama 2018 sebanyak 1,16 juta pounds.
Truk diparkir di tambang terbuka tambang tembaga dan emas Grasberg di dekat Timika, Papua, pada 19 September 2015./ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja
Truk diparkir di tambang terbuka tambang tembaga dan emas Grasberg di dekat Timika, Papua, pada 19 September 2015./ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA – Kemungkinan beroperasinya tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia (PTFI) diperkirakan berlangsung pada 2022 atau setelah masa transisi rampung.

Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arif mengatakan PTFI saat ini masih transisi sebelum ke operasi tambang bawah tanah secara penuh sehingga membutuhkan waktu dan kemungkinan di tahun 2022 akan kemnali normal penambangannya.

"Perlu waktu mungkin di tahun 2022 atau di 2023 akan normal operasi penambangannya. Jadi wajar sementara ini kinerja finasialnya sementara menurun," ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (12/2).

Di sisi lain, Kementerian ESDM meyakini tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia akan produksi dengan kapasitas penuh di 2021. 

irjen Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengatakan 

penurunan kegiatan ekonomi disebabkan oleh peralihan tambang terbuka Grasberg ke tambang bawah tanah dalam operasional PT Freeport Indonesia (PTFI). 

Peralihan itu tentu berdampak pada produksi bijih emas dan tembaga Freeport yang tidak maksimal sehingga serapan tenaga kerja dan perekonomian di Papua juga ikut menurun.

 "Jadi kenapa ekonomi Papua turun karena perbedaan Grasberg 2019 selesai ke underground, memang kapasitasnya turun, jadi yang terlibat juga turun, pegawai turun, kontraktor turun, turun semua karena memang kegiatannya perpindahan fase Grasberg dan sekarang baru akan mulai tambang bawah tanah karena Freeport mempersiapkan dokumen termasuk dokumen lingkungannya," ujarnya dalam RDP Komisi VII, Selasa (11/2)

PTFI mulai tahun ini menggantungkan produksi pada tambang bawah tanah dan tak lagi mengeruk mineral di tambang terbuka atau open pit Grasberg akibat cadangannya sudah habis.

Tahun ini sendiri PTFI hanya melakukan development yang menghasilkan ore tetapi tidak 100 persen kapasitasnya. 

Diharapkan tahun depan sudah ada produksi 100 persen atau full capacity yang nantinya menghasilkan dividen. Dengan kapasitas full produksi di tahun depan, diyakini akan berdampak pada perbaikan pertumbuhan ekonomi Papua. 

"Diharapkan di 2021 sudah ada produksi full capacity yang nantinya akan menghasilkan dividen sehingga dividen itulah yang dalam tiga hingga empat tahun akan digunakan untuk menyelesaikan pinjaman," tutur Bambang.

Berdasarkan laporan operasi dan keuangan 2019, Freeport-McMoRan Inc., produksi tembaga Freeport Indonesia sepanjang periode Januari-Desember 2019 sebanyak 607 juta pounds. Jumlah tersebut anjlok 47,67 persen dari produksi tembaga pada periode yang sama 2018 sebanyak 1,16 juta pounds.

Penjualan tembaga Freeport Indonesia juga mengalami penurunan tajam. Sepanjang 12 bulan tahun lalu penjualan tembaga Freeport Indonesia hanya 667 juta pounds, turun 40,9 persen bila dibandingkan dengan penjualan pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 1,13 miliar pounds.

Selain itu, harga jual rata-ratanya selama 9 bulan ini mengalami penurunan dari US$2,89 per pounds menjadi US$2,72 per pounds. 

Hasil serupa juga terjadi untuk komoditas emas. Produksi emas Freeport Indonesia pada 2019 tercatat sebanyak 863.000 ounces, merosot tajam sebesar 64,27 persen dari realisasi produksi pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 2,49 juta ounces.

Penjualannya pun mengalami turun signifikan sebesar 58,87 persen dari 2,37 juta ounces menjadi 973.000 ounces sepanjang tahun lalu. 

Namun, rerata harga jual emas tahun 2019 ini mengalami sedikit kenaikan menjadi US$1.416 per ounce dari rerata harga jual 2018 senilai US$1.254 per ounce.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi di Papua mengalami penurunan ekonomi yang cukup dalam yakni 15,72 persen sepanjang 2019. Penurunan ekonomi di Papua sudah terjadi sejak kuartal IV 2018 yang tercatat turun 17,95 persen

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper