Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan pertumbuhan ekonomi di Papua mengalami kontraksi sepanjang 2019.
"Perekonomian di Papua tumbuh negatif atau mengalami kontraksi hingga 7,4 persen selama periode 2019," paparnya dalam konferensi pers di gedung BPS, Rabu (5/2/2020).
Suhariyanto menuturkan peranan Papua dan Maluku terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional 2019 memang hanya 2,24 persen. Perekonomian di Papua mengalami kontraksi sejak kuartal III/2018 hingga kuartal IV/2019.
Meski demikian, dia tidak menjabarkan secara detail realisasi pertumbuhan ekonomi di tiap-tiap kuartal.
Menurut Suhariyanto, faktor utama penurunan ekonomi di Papua adalah karena perubahan operasional PT Freeport. Seperti diketahui, pemerintah Indonesia melalui PT Inalum (Persero) mengakuisisi saham Freeport sebesar 51,2 persen pada tahun lalu.
"[Setelah diambil alih] Terjadi penurunan produksi tambang di Papua. Secara kawasan, Maluku dan Papua tumbuh negatif atau mengalami kontraksi 15,72 persen," imbuhnya.
Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada 2019, didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra.
Baca Juga
Jawa memberikan konstribusi terbesar terhadap PDB sebesar 59 persen, diikuti Sumatra sebesar 21,32 persen, dan Kalimantan 8,05 persen. DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat menyumbang porsi terbesar terhadap perekonomian di Jawa.
Sementara itu, pembentukan PDB di Sumatra ditopang pertumbuhan di Sumatra Utara, Riau, dan Sumatra Selatan. Adapun Kalimantan Timur berkontribusi sebesar 50,5 persen terhadap pertumbuhan di Pulau Kalimantan.