Bisnis.com, JAKARTA — Realisasi pertumbuhan ekonomi 2019 yang hanya 5,02 persen, cukup jauh di bawah pencapaian tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar 5,17 persen. Apa saja penyebabnya?
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyampaikan pada kuartal IV/2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia naik 4,97 persen dibandingkan kuartal IV/2018. Sementara itu, dibandingkan kuartal III/2019, pencapaiannya terkontraksi 1,74 persen.
"Mempertahankan [pertumbuhan] 5 persen di situasi sekarang adalah tidak gampang. [Pertumbuhan] 5,02 persen di situasi yang menunjukkan pelemahan, ini cukup baik," paparnya dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Mengacu kepada data BPS, realisasi ini menjadi yang terendah sejak 2015, ketika angkanya hanya naik 4,88 persen. Realisasi ini juga tidak memenuhi target pemerintah yang sebesar 5,3 persen maupun proyeksi Bank Indonesia (BI), yang sebesar 5,1-5,5 persen.
Dalam paparannya, yang ditayangkan di akun YouTube BPS, Suhariyanto menyampaikan ada sejumlah faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Baca Juga
Dari sisi global misalnya, perang dagang AS-China masih jauh dari selesai dan ada ketegangan politik di Timur Tengah. Hal ini memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
Kemudian, kegiatan industri di banyak negara juga mengalami perlambatan dan harga komoditas masih fluktuatif. Dia mencontohkan harga Indonesia Crude Price (ICP) yang menunjukkan kenaikan 6,04 persen pada kuartal IV/2019 dibandingkan kuartal sebelumnya, tapi jika dibandingkan dengan kuartal IV/2018 maka ada penurunan 2,61 persen.
Pertumbuhan ekonomi beberapa mitra dagang utama Indonesia juga turut melambat, misalnya China. Ekonomi China tumbuh melambat dari 6,5 persen pada kuartal IV/2018 menjadi 6 persen pada kuartal IV/2019.
Di dalam negeri, lanjut Suhariyanto, ada peningkatan belanja pemerintah pada kuartal IV/2019 dibandingkan kuartal sebelumnya, didasari naiknya realisasi transfer ke daerah dan dana desa.
"Tetapi, di sisi lain, belanja pemerintah pusat turun karena adanya penurunan belanja barang dan jasa serta belanja subsidi. Ini pasti berpengaruh ke komponen konsumsi pemerintah," terangnya.
Adapun konsumsi rumah tangga turun tipis menjadi 5,04 persen sepanjang 2019, dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5,05 persen.
Tetapi, jika dibandingkan antara kuartal IV/2019 dengan kuartal IV/2018, maka penurunannya terlihat lebih besar. Pada kuartal IV/2019, realisasinya adalah 4,97 persen, sedangkan pada kuartal IV/2018, tercatat sebesar 5,08 persen.