Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Industri Penerbangan Kuartal I/2020 Diprediksi Terpukul

Pukulan tak hanya dari musim sepi penumpang (low season) tetapi juga imbas dari kebijakan penyetopan penerbangan untuk sementara dari dan menuju China.
Calon penumpang pesawat udara antre untuk lapor diri di Bandara Internasional Kualanamu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, Senin (14/1/2019)./ANTARA FOTO/Septianda Perdana
Calon penumpang pesawat udara antre untuk lapor diri di Bandara Internasional Kualanamu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, Senin (14/1/2019)./ANTARA FOTO/Septianda Perdana

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja industri penerbangan sepanjang kuartal I/2020 diperkirakan mengalami pukulan telak.

Pukulan tak hanya dari musim sepi penumpang (low season) tetapi juga imbas dari kebijakan penyetopan penerbangan untuk sementara dari dan menuju China.

Semula, para pelaku dan industri aviasi di Indonesia memiliki target kembali bertumbuh pesat pada tahun ini setelah sempat stagnan pada tahun lalu.

Konsultan penerbangan dari Communic Avia Gerry Soejatman mengatakan tiga bulan berjalan pada awal tahun lazimnya selalu menjadi momok bagi maskapai dengan kondisi sepinya penumpang.

Untuk mengurangi dampak sepinya penumpang, tutur Gerry, sejumlah maskapai seperti Citilink, Sriwijaya, dan Lion Air akan banyak memanfaatkan pesawat sewa (charter) untuk wisatawan dari China.

Selain China, negara dengan kasus terindikasi virus Corona salah satunya adalah Singapura. Baru-baru ini, otoritas Negri Singa telah menaikkan status respons atas virus nCOV2019 ke level oranye. Level ini berada satu tingkat di bawah level tertinggi, yakni merah.

“Virus Corona ini pukulan keras, apalagi negara dengan kasus terbanyak di luar China sekarang adalah Singapura. Ini juga cukup memukul bagi maskapai-maskapai Indonesia yang terbang ke Singapura,” jelas Gerry, Minggu (8/2/2020).

Selama virus Corona ini tidak mewabah di Indonesia, lanjut Gerry, imbasnya bagi  penerbangan domestik tak signifikan. Dampak berbeda akan terjadi jika di Indonesia terindikasi masuknya virus hingga mewabah.

Kondisi itu, ujar Gerry, telah terjadi di China. Negeri Tirai Bambu itu telah diprediksi kehilangan pangsa pasar penerbangan domestik hingga 60 persen sejak virus Corona menjangkiti warganya. Padahal, musim perayaan tahun baru imlek semestinya menjadi periode tersibuk bagi mereka.

Gerry berharap wabah nCOV 2019 saat ini sudah mendekati puncak. Ketika puncak wabah sudah dilewati, bebernya, perdagangan dan perjalanan akan mulai pulih kembali.

Kendati sulit untuk melawan pola sepinya penumpang pada kuartal pertama, Gerry mengharapkan jumlah penumpang untuk kepentingan bisnis (perjalanan dinas) pada tahun ini setidaknya sama atau bahkan melebihi 2018.

Kuartal pertama tahun lalu, ujar Gerry, menjadi rekor penerbangan tersepi selama 10 tahun terakhir. Penyebab sedikitnya perjalanan dinas, kata dia, karena faktor pemilihan umum presiden dan wakil presiden.

“Kabar baiknya kami memang masih tunggu datanya. Namun, sepertinya jumlah perjalanan dinas di awal 2020 sama atau melebihi 2018. Kami tetap berharap pada 2020 pertumbuhan bisa pulih melanjutkan pertumbuhan pada 2018,” tekannya.

Tahun lalu, papar Gerry, memang menjadi kondisi yang kurang menguntungkan bagi industri aviasi tanah air. Kenaikan biaya pada akhir 2018 mengakibatkan banyak maskapai memangkas kapasitas karena tarif batas atas tidak ikut naik. Alhasil, harga tiket menempel pada tarif batas atas sepanjang 2019 dan mengakibatnya sedikitnya tiket murah karena lebih sulit disubsidi oleh tiket mahal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper