Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perlambatan Ekonomi Kikis Pendapatan Industri Penerbangan

Sepanjang tahun ini jumlah penumpang dan volume kargo yang tertahan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan perang perdagangan global.
Dubai Airshow 2013
Dubai Airshow 2013

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menyatakan keuntungan industri penerbangan diprediksi lebih rendah dari perkiraan untuk 2019.

Sepanjang tahun ini jumlah penumpang dan volume kargo yang tertahan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan perang perdagangan global.

Dengan kurang dari 1 bulan tersisa pada 2019, badan dagang tersebut telah menurunkan estimasi laba tahunan menjadi US$25,9 miliar-US$2,1 miliar lebih rendah dari yang diperkirakan pada Juni.

Estimasi yang baru juga lebih rendah, hampir US$10 miliar, dari perkiraan yang disampaikan setahun lalu.

"Ketegangan geopolitik, kerusuhan sosial dan ketidakpastian Brexit berkontribusi pada kondisi bisnis yang lebih rumit," kata IATA, dikutip melalui Bloomberg, Rabu (11/12/2019).

Estimasi baru ini setara dengan penurunan 14% dari performa 2018. IATA mengharapkan peningkatan pada 2020, tetapi ada tantangan yang lebih besar pada masa depan.

Kekhawatiran tentang emisi karbon mengarah pada proposal pajak pada bahan bakar maskapai dan mungkin menggerus permintaan untuk perjalanan udara di beberapa bagian Eropa.

Ketidakpastian Boeing Co. 737 Max untuk kembali mengudara turut mengaburkan prospek.

“Pertanyaan besar untuk tahun 2020 adalah bagaimana kapasitas akan berkembang, terutama ketika, seperti yang diharapkan, pesawat 737 Max yang di-grounded kembali beroperasi dan pengiriman yang terlambat akan segera tiba,” kata Chief Executive Officer IATA Alexandre de Juniac.

Meskipun unit pesawat berbadan ramping itu sudah dilarang terbang sejak Maret 2019, Boeing masih menlanjutkan proses produksi.

Ratusan pesawat yang sudah selesai dirakit disimpan pada penyimpanan sementara sambil produsen asal AS tersebut menunggu regulator untuk mengizinkan Max kembali terbang.

Meski demikian, IATA khawatir keberadaan pesawat yang berlebihan akan memperluas kapasitas maskapai terlalu cepat, menahan pertumbuhan tarif, dan menggerus pendapatan dari target yang diharapkan.

IATA memperkirakan pendapatan industri penerbangan pada 2020 pada kisaran US$29,3 miliar.

Secara keseluruhan, industri penerbangan di Afrika, Timur Tengah dan Amerika Latin diperkirakan menderita kerugian tahun ini, salah satunya akibat larangan terbang 737 Max.

Amerika Utara dengan mudah menjadi wilayah yang paling menguntungkan, menyumbang 65% dari pendapatan industri, menurut IATA.

Mereka juga mengestimasikan pendapatan kargo akan tergelincir untuk tahun ketiga pada 2020.

Sementara Asia-Pasifik, wilayah terbesar untuk ekspor udara, akan menunjukkan peningkatan pendapatan dengan asumsi tidak akan ada pembalikan tarif, di tengah perang dagang yang masih berlangsung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper