Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi yang ambles di bawah 5 persen pada kuartal IV/2019, menggambarkan makin beratnya persoalan ekonomi yang dihadapi Indonesia ke depan.
Secara siklus, kuartal terakhir merupakan salah satu periode yang mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, terutama karena adanya perayaan Natal dan Tahun Baru.
Baca Juga
Pada 2018 dan 2017, pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat masing-masing tahun tercatat sebesar 5,18 persen secara year-on-year (yoy) dan 5,19 persen yoy.
Dalam 20 tahun terakhir, tercatat hanya 5 kali pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal keempat tercatat di bawah 5 persen, yakni pada 2001, 2002, 2003, 2016, dan 2019.
"Indonesia belum dapat memacu pertumbuhan tinggi karena lemahnya fundamental ekonomi. Struktur pertumbuhan ditopang oleh konsumsi rumah tangga secara terus menerus sehingga ekonomi sangat rapuh," ujar Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad, Kamis (6/1/2020).
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal IV/2019, melambat dan hanya tumbuh 4,97 persen yoy, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mampu mencapai 5,08 persen yoy.
Perlambatan ini disebabkan oleh konsumsi yang melambat dari masyarakat kelas atas. Dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan konsumsi dari orang kaya hanya mencapai 3,57% persen yoy.