Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Virus Corona Akan Berdampak Ke Industri Migas Nasional

Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) menyatakan virus corona diduga akan menurunkan permintaan minyak dunia, sehingga akan ada kelebihan pasokan yang mengakibatkan harga minyak mentah turun.
Kilang Minyak/Bloomberg
Kilang Minyak/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Virus corona yang mewabah di China akan ikut memengaruhi industri minyak dan gas Indonesia.

John S. Karamoy, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) menjelaskan bahwa virus corona diduga akan menurunkan permintaan minyak dunia, sehingga akan ada kelebihan pasokan yang mengakibatkan harga minyak mentah turun.

Dia menambahkan bahwa permintaan minyak mentah menurun, karena wabah virus corona yang menurunkan kegiatan industri dan masyarakat di China.

"China mengimpor 10 juta barel per hari dan akibat dari wabah virus corona ini bisa terjadi penurunan terhadap impor tersebut hingga 1 juta barel per hari tergantung dari berapa lama wabah ini akan terus ada," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (6/2/2020).

Menyusul hal tersebut, John menambahkan bahwa virus corona akan memberikan dampak terhadap industri migas di Indonesia yaitu adalah turunnya pendapatan dari perusahaan-perusahaan migas hulu.

Selain itu, pemerintah diprediksi akan menyerap penerimaan pajak yang lebih rendah sebagai efek domino kejadian tersebut.

"Di lain pihak, biaya impor minyak akan menurun," jelasnya.

Di sisi lain, harga minyak berhasil menguat dua perdagangan berturut-turut, pada Kamis (6/2/2020), seiring dengan optimisme pasar bahwa OPEC dan sekutunya akan menyutujui pemangkasan produksi yang lebih dalam menanggapi melemahnya permintaan akibat penyebaran virus corona.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (6/2/2020) pukul 10.38 WIB, harga minyak WTI kontrak Maret 2020 di bursa Nymex bergerak menguat tajam 2,11 persen ke level US$51,82 per barel.

Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak April 2020 di bursa ICE bergerak menguat 1,74 persen menjadi US$56,24 per barel. Kenaikan tersebut pun menjadi lonjakan terbesar minyak sejak 3 Januari 2020.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper