Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Komponen Lokal Pembangkit Tenaga Nuklir Bisa 60 persen Pada 2030

2030, Thorcon International Targetkan TKDN Pembangkit Tenaga Nuklir Capai 60%
Petugas keamanan berdiri di depan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bushehr, sekitar 1.200 kilometer (km) selatan Teheran, Iran, Sabtu (21/8/2010)./Reuters-Raheb Homavandi
Petugas keamanan berdiri di depan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bushehr, sekitar 1.200 kilometer (km) selatan Teheran, Iran, Sabtu (21/8/2010)./Reuters-Raheb Homavandi

Bisnis.com, JAKARTA — Thorcon International Pte.Ltd. menyebut tingkat komponen dalam negeri pada pembangkit listrik yang akan dibangun di Indonesia akan mencapai 60 persen pada 2030.

Kepala Perwakilan Indonesia Thorcon International Pte.Ltd.  Bob S. Effendi mengatakan bahwa pada saat ini pihaknya masih menggandeng dua kontraktor utama dari luar negeri dalam proses pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir thorium.

Untuk pembangunan pertamanya, Thorcon International rencananya akan membangun pembangkit nuklir berkapasitas 500 MW yang dapat dioperasikan sebagai base load (beban dasar) ataupun load follow (mengikuti beban).

PLTN tersebut dibangun dengan menggunakan metode desain struktur kapal dengan panjang 174 meter dan lebar 66 meter, yang setara dengan tanker kelas Panamax.

Pada pembangunan tahap awal Thorcon menggandeng Daewoo Shipyard & Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan yang merupakan galangan kapal terbesar di dunia. Sementara itu, reaktor pembangkit akan dipasok oleh Doosan, produsen alat berat asal Korea Selatan.

Dalam pembangunan pembangkit, Thorcon akan bekerja sama dengan PT Pal Indonesia (Persero). Nantinya, PT Pal akan mendukung fabrikasi reaktor.

“Untuk saat ini TKDN dari proyek ini masih 10 persen, setelah 2030, TKDN akan menembus 60 persen ketika dibuat di sini, kecuali turbinnya belum bisa dibuat di Indonesia, pembangunan turbin mencapai 40 persen sendiri,” katanya di Jakarta, Senin (3/2/2020).

Proses pembangunan PLTN pertama ditargetkan mulai dikerjakan pada 2021 dengan proses studi yang akan dilakukan pada 2020. Namun, hingga saat ini pihaknya masih belum menentukan letak studi tersebut akan dilaksanakan. Bob mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu kepastian dari pemerintah.

“Kami lagi menunggu, karena untuk memulai studi tapak, pemerintah harus putuskan mau di mana lokasinya, ini kan yang belum diputuskan pemerintah,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper