Bisnis.com, JAKARTA - Thorcon International dan PT PLN (Persero) akan melakukan studi persiapan implementasi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) berbasis thorium.
Studi tersebut akan membahas sejumlah aspek, khususnya mengenai studi tapak yang akan melibatkan stakeholders nuklir, dan juga skema bisnis yang akan dilakukan. Dalam hal ini, Thorcon memastikan akan melakukan investasi dengan nilai Rp17 triliun.
Studi ini juga akan melakukan kajian apakah pembangkit listrik tenaga thorium (PLTT) selain bebas emisi juga dapat memberikan solusi yang ideal yang dapat mengurangi pengunaan batu bara yang selama ini dominan untuk digunakan sebagai bahan bakar pembangkitan.
Kepala Perwakilan Indonesia Thorcon International Pte.Ltd. Bob S. Effendi memastikan pembangkit nuklir dapat menjadi salah satu solusi yang memiliki peluang untuk dapat menggantikan pembangkit batubara karena memiliki faktor kapasitas 90% jauh di atas PLTU.
Selain itu, pembangkit nuklir juga dapat dibangun dimana saja, bahkan mendekati beban. Pembangkit nuklir juga memiliki biaya yang lebih murah daripada PLTU.
"Harapannya, berdasarkan hasil kajian tersebut akan membuktikan apakah PLTT dapat menjadi komponen penting dari transisi energi karena kunci keberhasilan dari transisi adalah menggantikan energi fosil dengan sumber energi bersih bebas karbon yang memiliki kemampuan dan biaya yang sama atau lebih murah," katanya seperti dikutip dalam rilis, Jumat (1/11/2019).
Menurutnya, pembangunan pembangkit nuklir juga dapat memperbaiki bauran energi serta dapat menurunkan cost PLN. Hal tersebut bisa berdampak pada penurunan tarif tenaga listrik.
Apalagi, dunia saat ini juga telah berkomitmen untuk menurunkan emisi dengan mengurangi bauran PLTU pada 2030. Target mengurangi PLTU juga didukung berkurangnya cadangan batu bara.
"Maka, sudah waktunya direncanakan dan dipersiapkan sumber energi bersih yang dapat menggantikan peran batu bara," katanya.
Thorcon International rencananya akan membangun pembangkit nuklir berkapasitas 500 MW yang dapat dioperasikan sebagai base load (beban dasar) ataupun load follow (mengikuti beban). PLTN tersebut dibangun dengan menggunakan metode desain struktur kapal dengan panjang 174 meter dan lebar 66 meter, yang setara dengan tanker kelas Panamax.
Pembangkit rencananya akan dibangun oleh Daewoo Shipyard & Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan yang merupakan galangan kapal terbesar di dunia. DSME menyatakan sanggup membangun pembangkit tersebut dalam waktu 3 tahun. Sementara itu, reaktor pembangkit akan dipasok oleh Doosan, produsen alat berat asal Korea Selatan.
Dalam pembangunan pembangkit, Thorcon akan bekerja sama dengan PT Pal Indonesia (Persero). Kerja sama ini merupakan pengembangan bisnis PT Pal yang merupakan perusahaan industri galangan kapal.
Nantinya, jika PLTN tersebut terwujud, PT Pal akan mendukung fabrikasi reaktor, sementara Thorcon sebagai pemilik lisensi dan investor.
Keseriusan pengembangan PLTN tersebut juga telah mendapatkan kesepakatan melanjutkan kerja sama dari Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi (P3Tek) Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (KEBTKE) Kementerian ESDM.