Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Sepeda dan Mainan (APSMI) membidik Uni Eropa sebagai target pasar ekspor pada tahun ini usai Benua Biru mengenakan bea masuk tambahan kepada China sekitar 30 persen.
Sekretaris Jenderal APSMI Eko Wibowo mengatakan penyelesaian omnibus law menjadi kunci pemanfaatan momentum tersebut. Penyelesaian omnibus law akan mempermudah masuknya investasi dan pembangunan pabrik baru di dalam negeri.
"Industri sepeda di China punya tantangan untuk mengembangkan industri sepeda. Satu, biaya tenaga kerja yang makin tinggi di sana. Kedua, masalah tantangan bea masuk ke Eropa yang masih tinggi," katanya kepada Bisnis, Kamis (30/1/2020).
Eko menyampaikan penjualan ekspor menjadi pilihan lantaran peningkatan produksi dari permintaan dalam negeri tertahan oleh daya beli konsumen lokal. Menurutnya, perlu ada political will dari pemerintah untuk menaikkan pasar sepeda di dalam negeri.
Menurutnya, pemerintah perlu mempopulerkan penggunaan sepeda sebagai alat transportasi melainkan sebagai alat hobi. Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah perlu menyediakan infrastruktur sepeda, khususnya di perkotaan.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Industri Persepedaan Rudiyono mengatakan produksi sepeda sepanjang Januari—Juli tumbuh sekitar 10—15 persen secara tahunan. Menurutnya, pertumbuhan tersebut didorong oleh pemanfaatan pelaku industri sepeda dalam perang dagang antara China dan Amerika Serikat.
Baca Juga
Dari pasar domestik, Rudi menilai penerimaan pasar terhadap sepeda lokal masih tinggi. Rudi mengemukakan hal terebut disebabkan oleh desain pabrikan lokal yang tidak kalah dengan sepeda impor. Namun demikian, harga sepeda lokal cenderung tidak kompetitif, khususnya dibandingkan sepeda dari China.