Bisnis.com, JAKARTA – Industri mainan mengalami pemulihan penjualan pada tahun ini, kendati belum maksimal karena daya beli yang masih tersendat. Namun demikian, pada tahun depan industri mainan diproyeksikan akan pulih ke kondisi sebelum pandemic Covid-19.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda dan Mainan Indonesia (APSMI) Eko Wibowo mengatakan bahwa dibandingkan dengan sebelum pandemi, penjualan pada tahun lalu turun hingga 60 persen.
Sementara itu, penurunan sepanjang tahun ini dibandingkan dengan 2019 berhasil dipangkas menjadi 40 persen.
“Industri mainan masih recovery dari market normal, sudah di 60 persen [dari kondisi normal], belum full recover,” kata Eko saat dihubungi Bisnis, Rabu (15/12/2021).
Selain karena daya beli yang belum sepenuhnya pulih, kondisi itu juga disebabkan oleh pergerakan masyarakat yang masih terbatas, khususnya di pusat-pusat perbelanjaan.
Pada tahun depan, pasar mainan diprediksi akan lebih bergairah seiring dengan pemulihan ekonomi nasional.
Baca Juga
“Kalau kami lihat ekonomi makro, cukup bagus, cuma tinggal bagaimana masyarakat juga kembali punya daya beli yang baik, sehingga menggerakkan penjualan mainan,” katanya.
Kondisi pemulihan tersebut berbanding terbalik dengan industri sepeda yang diprediksi masih akan relatif stagnan pada tahun depan.
Pasalnya, secara perputaran produk dan tren, mainan lebih dinamis dibandingkan dengan sepeda. Hal itu membuat pemulihan industri mainan hanya tinggal bergantung pada pelonggaran pergerakan masyarakat dan daya belinya.
Adapun, menyambut momentum Natal dan Tahun Baru, pelaku usaha sudah menyiapkan stok yang cukup untuk memenuhi permintaan yang biasanya mengalami peningkatan.
Namun, pelaku industri mainan juga masih dibayangi mahalnya harga pengapalan dan terbatasnya kapal induk, sehingga pasokan bahan impor molor hingga dua kali lipat.
“Mainan lebih bergairah karena cepat digerakkan pasar dengan tren baru, dari film dan lain-lain,” ujarnya.