Bisnis.com, JAKARTA – Krisis energi yang terjadi di China ternyata turut berdampak pada industri mainan dalam negeri.
Ketua Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) Sutjiadi Lukas mengatakan sebesar 40-60 persen spare part mainan di industri dalam negeri masih diimpor, dimana sebagian besar didatangkan dari China.
"Otomatis [suplai spare part] terganggu, karena boleh dibilang 40-60 persen masih impor. Kontainer saat ini juga sulit didapat," kata Sutjiadi kepada Bisnis, Jumat (8/10/2021).
Dia melanjutkan kondisi itu menyebabkan pabrikan mengurangi produksi untuk memperpanjang operasi perusahaan. Upaya lain ditempuh dengan mengatur frekuensi impor komponen, dari yang biasanya tiga bulan sekali, saat ini menjadi setiap lima bulan.
Sementara itu, utilisasi industri mainan saat ini sudah membaik dibandingkan dengan tahun lalu. Sutjiadi mengatakan ada perbaikan sebesar 10 persen dari posisi tahun lalu yang anjlok hingga 50 persen.
Sutjiadi pun belum bisa memastikan adanya pemulihan kinerja industri sampai akhir tahun ini karena kondisi daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih. Tetapi, dia berharap kinerja industri dapat tumbuh sampai 10 persen tahun ini.
"Kalau mungkin bisa tumbuh, paling maksimal 10 persen, tetapi kembali lagi bagaimana kebijakan pemerintah [terkait dunia usaha]," ujarnya.