Bisnis.com, JAKARTA – Wabah virus corona di negeri Tirai Bambu diyakini tidak akan menggangu pasar keuangan dan nilai tukar rupiah. Sebaliknya jalur perdagangan dan logistik justru harus waspada.
Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyatakan dampak dari wabah virus corona terhadap pelemahan rupiah relatif sangat kecil. Dia menjelaskan resistensi ini sudah terjadi pada sejumlah kasus wabah sebelumnya.
Sebagai contoh, wabah SARS pada awal 2002 tidak berpengaruh pada nilai tukar rupiah, sebaliknya, ada kecenderungan rupiah justru menguat dari Rp10.000 awal tahun menjadi sekitar Rp8000 per dolar AS hingga akhir 2002.
Hal serupa terjadi pada wabah virus H1N1 atau flu babi pada awal 2009. Saat itu menunjukkan adanya kecenderungan rupiah menguat. Dari sisi riil, Indonesia juga relatif terjaga dibandingkan dengan Singapura yang merupakan pemain dalam global supply chain.
“Jadi menurut saya, dinamika nilai tukar rupiah tidak akan terganggu didasarkan atas sentiment lain, selain virus corona, dan memang potensi kita relatif lebih kecil terpapar jika mengacu juga pada keterkaitan rantai pasokan global,” jelas Yusuf kepada Bisnis, Jumat (24/1/2020).
Dia menilai dengan sentiment di pasar keuangan yang relatif kecil, Indonesia hanya perlu mengantisipasi dampak virus corona melalui jalur perdagangan internasional. Apalagi, China merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia.
“Perlu diperhatikan memang jalur perdagangan internasional, perpindahan barang maupun perpindahan manusia. Dalam perdagangan internasional patut diwaspadai mengingat China merupakan mitra dagang utama Indonesia,” jelas Yusuf.