Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Jasa Bisa Jadi Pendorong PDB Tahun Ini

Bisnis mencatat, RPJMN 2020-2024 membuat skenario pertumbuhan ekonomi lima tahun ke depan ditopang oleh beberapa sektor. Adapun sektor dengan kenaikan tertinggi adalah sektor jasa.
Sebuat pesawat Emirates Airlines mendarat di Landasan Pacu atau Runway 3 setelah resmi dioperasikan pertama kalinya di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (20/12/2019)./ANTARA - Muhammad Iqbal
Sebuat pesawat Emirates Airlines mendarat di Landasan Pacu atau Runway 3 setelah resmi dioperasikan pertama kalinya di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (20/12/2019)./ANTARA - Muhammad Iqbal

Bisnis.com, JAKARTA – Sektor jasa diyakini bisa mendorong pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun ini. Hal itu berdasarkan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional per Januari 2020.

Secara perinci, pemerintah memang bercita-cita mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 6,0 persen tahun ini. Bisnis mencatat, RPJMN 2020-2024 membuat skenario pertumbuhan ekonomi 5 tahun ke depan ditopang oleh beberapa sektor. Adapun sektor dengan kenaikan tertinggi adalah sektor jasa.

Mulai 2020-2024, pemerintah ingin menaikkan PDB melalui transformasi sektor jasa yang sepanjang 2015-2018 menyumbang 5,7 persen bisa menjadi 9,8 persen pada 2024. Cara yang ditempuh adalah dengan membuat sektor jasa memiliki nilai tambah.

Selain sektor jasa, ada sejumlah sektor lain yang menjadi tumpuan pemerintah untuk ekonomi tahun ini sampai 2024. Misalnya, sektor industri diproyeksikan akan tumbuh mencapai 6,5 persen pada 2024, setelah sepanjang 2015-2018 mencapai pertumbuhan rata-rata 4,3 persen. Sektor pertanian juga diproyeksikan akan mengalami kenaikan tipis menjadi 3,9 persen pada 2024 setelah sepanjang 2015-2018 menyumbang 3,7 persen.

Sektor pertambangan yang kerap menjadi kunci untuk ekspor komoditas andalan juga diharapkan bisa mencatatkan pertumbuhan 1,9 persen setelah sebelumnya hanya tumbuh 0,1 persen sepanjang 2015-2018. 

Untuk sektor infrastruktur, RPJMN juga menargetkan pertumbuhan listrik atau elektrifikasi bisa mencapai 5,5 persen pada 2024, setelah lima tahun sebelumnya tercatat hanya 3,3 persen. Selain itu sektor konstruksi juga diyakini bisa mencapai 6,4 persen pada 2024 setelah hanya mencatatkan 6,1 persen sepanjang 2015-2018.

Secara lebih terperinci, RPJMN 2020-2024 ini juga memproyeksikan masih adanya ancaman defisit sepanjang 5 tahun ke depan. Hal ini tercermin dari  belum berkembangnya industri pengolahan dalam lima tahun terakhir, yang berdampak pada kinerja perdagangan internasional Indonesia.

Hingga saat ini, ekspor Indonesia masih didominasi oleh ekspor komoditas, tidak berbeda dengan periode 40 tahun yang lalu. Rasio ekspor terhadap PDB terus menurun dari 41,0 persen mulai pada 2000 menjadi 21,0 persen pada 2018.

Akibatnya, Indonesia masih mengalami defisit transaksi berjalan hingga mencapai 3,0 persen PDB, sementara beberapa negara peers sudah mencatatkan surplus. Peningkatan defisit transaksi berjalan menjadi penghambat bagi akselerasi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat di tengah kondisi keuangan global yang ketat.

Menurut Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro dari sisi global per 2020 ini IMF sudah mengoreksi pertumbuhan ekonomi dunia dari yang awalnya 2,9 persen menjadi 3,3 persen. Hal ini adalah bentuk respon terhadap ketidakpastian global yang mulai mereda meski masih ada sejumlah ketegangan geopolitik yang berlanjut di Timur Tengah.

“Secara tentatif, sektor manufaktur dan perdagangan global akan mulai menggeliat yang mana menjadi katalis positif bagi pertumbuhan ekonomi 2020,” tuturnya.

Kondisi tersebut kata Andry adalah respon dari sejumlah kebijakan moneter bank sentral di dunia yang longgar, disusul dengan kesepakatan fase I untuk perdagangan antara AS dan China.

Andry menambahkan, risiko yang tersisa adalah kondisi geopolitik di Timur Tengah antara AS dan Iran yang membuat kerjasama kedua negara ini akan cukup sulit pada 2020. Kondisi ini menurut Andry akan membuat beberapa perubahan baru terkait pasar uang, aktivitas investasi, dan pertumbuhan ekonomi global.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper