Bisnis.com, JAKARTA— Defisit transaksi berjalan atau current account deficit/CAD dinilai masih sulit untuk diselesaikan mengingat masih ada sejumlah persoalan yang perlu diperbaiki.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai defisit transaksi berjalan masih akan terjadi.
Pasalnya, kinerja ekspor masih melorot seiring dengan harga komoditas yang turun. Belum lagi, impor konsumsi juga meningkat.
“Sehingga neraca perdagangan defisit, neraca jasa juga masih defisit,” kata Enny kepada Bisnis, dikutip Jumat (10/1/2020).
Bukan hanya itu, menurutnya neraca modal juga berpotensi floating. Hal tersebut dapat diselesaikan apabila terdapat Foreign Direct Investment/FDI.
Dia menilai permasalahan saat ini pada kepastian investasi masih kurang. “Kepastian investasi harus diperbaiki, tidak selalu harus bergantung pada omnibus law,” katanya.
Padahal, Presiden Joko Widodo sebelumnya mengatakan bahwa Indonesia baru merdeka jika dapat menyelesaikan defisit transaksi berjalan tersebut.
Menurut Enny, pemerintah perlu melakukan perbaikan di sektor riil, terutama di sektor pengolahan.
“Itu bisa berpotensi untuk meningkatkan ekspor, sekaligus substitusi impor,” katanya.
Apalagi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja impor November 2019 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja ekspor November 2019.
Secara total kinerja impor November 2019 mencapai US$15,34 miliar, jika dibandingkan dengan kinerja ekspor terjadi defisit sebesar US$1,33 miliar.