Bisnis.com, JAKARTA — Jumlah wisatawan asal China mengalami tren penurunan sepanjang 2019. Data Badan Pusat Statistik menyatakan sepanjang Januari – November jumlah wisman asal Negeri Tirai Bambu itu mencapai 1,91 juta wisman, lebih rendah dibandingkan periode yang sama 2018 sebanyak 1,99 juta wisman.
Pada November 2019, wisman asal China yang datang ke Indonesia hanya sebanyak 147,5 ribu, lebih rendah dibandingkan Oktober 2019 sebanyak 160,4 ribu dan pada September sebanyak 173,1 ribu wisman. Sementara pada Agustus 2019, jumlahnya mencapai 193,4 ribu, sedikit lebih rendah dibandingkan Juli 2019 sebanyak 193,8 ribu.
Kepala Biro Humas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Guntur Sakti mengatakan salah satu faktor penyebab menurunnya jumlah wisman asal China dikarenakan kondisi ekonomi negara tersebut yang sedang melambat dan berdampak pada pengurangan frekuensi penerbangan dari dan ke negara itu. Di sisi lain, dampak atas beberapa bencana yang melanda Indonesia pada 2018 dan 2019 juga memengaruhi penurunan wisman tersebut.
“Banyak charter flights yang batal terbang selama 2019 ,terutama sejak sekitar 8 bulan. Hampir semua maskapai nasional yang charter seperti Citilink, Garuda, dan Sriwijaya mengalami banyak pembatalan dan pengurangan frekuensi sehingga sangat terasa pada penurunan segmen GIT [group inclusive tour],” kata Guntur, Selasa (7/1/2020).
Menurutnya, perlambatan ekonomi tersebut berdampak pada banyaknya perusahaan yang mengurangi insentif sehingga kemampuan finansial untuk berlibur masyarakatnya turun. Pemerintah China juga mendorong masyarakatnya untuk berlibur di dalam negeri saja atau meningkatkan konsumsi dalam negeri.
Analis kebijakan dari Indonesia Services Dialogue (ISD) M. Syarif Hidayatullah mengatakan tren penurunan wisman asal China tidak hanya melanda pariwisata Indonesia saja melainkan juga di negara ASEAN lainnya seperti Thailand.
“Melambatnya pertumbuhan ekonomi dan perang dagang nampaknya jadi penahan turis turis asal China untuk berlibur ke luar. Khusus untuk Indonesia, nilai tukar rupiah yang cenderung ada tren menguat terhadap yuan mungkin sedikit menghambat arus wisatawan dari China ke Indonesia,” kata Syarif.