Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akhir Tahun, Harga Ayam Masih di Bawah Acuan

Kalangan peternak mengeluhkan harga ayam ras broiler siap potong (livebird) yang masih di bawah ekspektasi kendati terdapat tren peningkatan konsumsi selama momen Natal dan Tahun Baru 2020.
Peternak ayam yang tergabung dalam Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Kementerian Perdagangan, Jalan Ir. Ridwan Rais, Jakarta Pusat pada Rabu (27/11/2019) menuntut adanya perlindungan, penataan, dan pengaturan pasar bagi produk ayam./Bisnis-Rezha Hadyan
Peternak ayam yang tergabung dalam Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Kementerian Perdagangan, Jalan Ir. Ridwan Rais, Jakarta Pusat pada Rabu (27/11/2019) menuntut adanya perlindungan, penataan, dan pengaturan pasar bagi produk ayam./Bisnis-Rezha Hadyan

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan peternak  mengeluhkan harga ayam ras broiler siap potong (livebird) yang masih di bawah ekspektasi kendati terdapat tren peningkatan konsumsi selama momen Natal dan Tahun Baru 2020.

Berdasarkan pantauan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), harga ayam berkisar di harga Rp17.000 per kilogram, masih di bawah harga acuan yang ditetapkan di angka Rp18.000 per kilogram.

"Kalau di Jawa Tengah harganya masih di kisaran Rp17.000 sampai Rp17.500 per kilogram. Padahal tahun lalu bisa mencapai Rp21.000 sampai Rp22.000 per kilogram," ujar Ketua Pinsar wilayah Jawa Tengah Pardjuni kepada Bisnis, Kamis (26/12/2019).

Pardjuni mengemukakan bahwa konsumsi ayam pada akhir tahun yang dibarengi libur biasanya cukup tinggi. Harga yang masih di bawah acuan, menurutnya, diakibatkan oleh kebijakan pemangkasan populasi yang tidak sesuai dengan permintaan para peternak.

"November lalu ada cutting day old chick [DOC] tapi hanya dua juta ekor per minggu. Untuk stabilisasi harga itu kurang optimal dan kurang banyak," imbuhnya.

Fluktuasi harga livebird di kalangan peternak mandiri bukanlah hal baru dalam bisnis perunggasan Tanah Air. Sepanjang semester II 2019, pemerintah setidaknya telah tiga kali mengeluarkan kebijakan pemangkasan DOC dalam rangka stabilisasi pasokan yang dinilai sejumlah kalangan jauh melampaui permintaan.

Ke depannya, Pardjuni mengharapkan pemerintah dapat kembali menetapkan kebijakan pemangkasan untuk Januari demi menjaga stabilitas harga selama Februari dan Maret.

"Kemarin pemerintah sempat menawarkan pemangkasan 13 juta ekor per minggu. Tapi kami minta pemangkasan 20 juta ekor per minggu demi menjaga harga pada Februari yang memang rawan harga anjlok," ujarnya.

Dia mengemukakan potensi produksi pada Januari setidaknya mencapai 80 juta ekor per minggu. Di sisi lain, rata-rata kebutuhan per minggunya hanya berjumlah 55 sampai 60 juta ekor pada awal tahun. Dengan demikian, potensi surplus pasokan setidaknya mencapai 20 juta ekor per minggunya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper