Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto menyatakan bahwa Korea Selatan sempat menduga Pemerintah Indonesia melakukan dumping dengan memberikan subsidi bagi produk baja nirkarat atau stainless steel.
Hal itu terungkap saat lawatan Kemenperin ke Korsel belum lama ini. Harjanto mengatakan harga baja nirkarat asal Indonesia jauh lebih murah dan mulai membanjiri pasar Korea Selatan. Alhasil, utilitas kapasitas produksi industri produk tersebut di Negeri Ginseng menurun.
Bahkan tidak hanya di Korsel, Harjanto mengatakan kondisi serupa terjadi di China. "Kita dituduh dumping. Padahal, biasanya kita yang menduga demikian ke negara lain," katanya dalam sesi kuliah umum bertajuk Baja Lokal VS Baja Impor yang dihelat President University belum lama ini.
Harjanto mengatakan pengalamannya itu menjadi pengingat pentingnya efisiensi di industri, khususnya untuk energi dan logistik, dalam mendukung daya saing produk nasional di pasar global.
Daya saing produk industri di tengah tingginya biaya energi dan logistik, katanya, menjadi perhatian dalam upaya memacu kembali sektor manufaktur nasional.
Menurutnya, ekspor baja nirkarat Indonesia melesat seiring dengan perkembangan kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah. Harjanto mengungkapkan bahwa di kawasan industri itu integrasi bahan baku dengan proses produksi dan dukungan energi murah bermuara pada harga produk yang kompetitif.
Di sisi lain, biaya logistik juga relatif bersaing dengan jaringan niaga yang sudah tertata. "Ini menjadi benchmark bagi industri lain. Bayangkan saja, di Morowali harga listrik 3 sen per kWh. Kalau sampai 5 sen kWh, pasti tutup pabrik itu," katanya.
Harjanto pun menuturkan bahwa persoalan daya saing itu menjadi akar masalah yang sudah diketahui bersama oleh pelaku industri. Biaya energi masih menjadi tantangan utama sejumlah sektor industri, seperti baja, tekstil, keramik, dan kaca.