Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia yakin pada 2020 ekonomi global yang saat ini tumbuh melambat akan membaik seiring dengan fase dagang I antara AS dan China yang melonggar sesuai kesepakatan pada 13 Desember 2019.
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, secara umum, saat ini pertumbuhan ekonomi dunia melambat, tetapi ketidakpastian pasar keuangan global menurun. Menurut dia, terdapat sejumlah perkembangan positif terkait dengan perundingan perang dagang antara AS-China serta proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), meskipun sejumlah risiko geopolitik masih berlanjut.
“Pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan 3,0% pada 2019, menurun dari 3,6% pada 2018, dan kemudian pulih terbatas menjadi 3,1% pada 2020, ditopang pertumbuhan negara berkembang,” ujar Perry di Bank Indonesia, Kamis (19/12/2019).
Dia memerinci, kondisi perundingan AS dan China, dinamika Brexit, dan kondisi politik secara umum di dunia memang akan mempengaruhi pergerakan pasar keuangan global.
Perry menyebut, PDB AS dan China melambat dipengaruhi terbatasnya stimulus dan dampak pengenaan tarif yang sudah terjadi. Perry juga menyatakan bahwa ekonomi India juga menurun dipengaruhi konsolidasi di sektor riil dan sektor keuangan, baik bank maupun nonbank.
Adapun sinyal perbaikan, kata Perry, terlihat pada Eropa dan Jepang. Pasalnya, meskipun masih relatif terbatas, ditopang permintaan domestik yang membaik. Kemajuan dalam perundingan perdagangan antara AS-China juga berdampak pada menurunnya risiko di pasar keuangan global serta mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing ke negara berkembang.
Perry menilai ke depan, prospek ekonomi global dipengaruhi kemajuan trade deal AS-China, pemanfaatan trade diversion negara berkembang, efektivitas stimulus fiskal dan pelonggaran kebijakan moneter, serta kondisi geopolitik.
“Prospek pemulihan global tersebut menjadi perhatian karena dapat memengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi domestik dan arus masuk modal asing,” terang Perry.