Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Ekonomi Indonesia, Rachmat Gobel Paparkan Perihal Ini di Jepang

Wakil Ketua DPR Bidang Koordinasi Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel berbicara soal prospek ekonomi Indonesia di depan organisasi dunia usaha Kaindanren di Jepang.
Ketua DPR Puan Maharani (tengah) bersama Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel (kiri) dan Muhaimin Iskandar (kanan) bersiap memimpin rapat koordinasi keamanan di ruang Komisi V, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/10/2019)./ANTARA-Galih Pradipta
Ketua DPR Puan Maharani (tengah) bersama Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel (kiri) dan Muhaimin Iskandar (kanan) bersiap memimpin rapat koordinasi keamanan di ruang Komisi V, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/10/2019)./ANTARA-Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Ketua DPR Bidang Koordinasi Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel berbicara soal prospek ekonomi Indonesia di depan organisasi dunia usaha Kaindanren di Jepang.

Gobel mengatakan Indonesia tengah melakukan restorasi ekonomi dalam upaya mendorong transformasi dari negara berpenghasilan menengah (middle income) menuju negara berpenghasilan tinggi (high income).

"Transformasi ini membuka berbagai peluang usaha dan investasi dalam jumlah besar, yang merupakan prospek kerja sama," jelasnya melalui keterangan tertulis, Kamis (12/12/2019).

Transformasi yang dikemas dalam visi Indonesia Emas 2045 dirumuskan Bappenas dalam tiga tahap.

Pertama, penguatan struktur ekonomi sampai 2025. Kedua, yaitu percepatan pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi pada 2026-2035. Ketiga modernisasi ekonomi berbasis kualitas dan berkelanjutan yang berlangsung 2036-2045.

"Semua itu membutuhkan dana investasi besar," tegasnya.

Skenario Bappenas pada tahap I atau penguatan struktur ekonomi sampai 2025 dibutuhkan investasi sedikitnya 34,1% PDB, kemudian pada tahap dua 2026-2035 dibutuhkan investasi 36,4% PDB dan Tahap tiga yaitu pada 2036-2045 dibutuhkan investasi sebesar 38,1% PDB.

“Kami berharap, sebagai salah satu mitra utama kerja sama ekonomi selama ini, dunia usaha Jepang yang tergabung dalam Keidanren ikut berkontribusi,” kata Rachmat yang berkunjung ke Jepang 9-15 Desember 2019, dengan didampingi sejumlah anggota dewan.

Wakil Ketua Federasi Organisasi Ekonomi Jepang (Keidanren) bidang Kebijakan dan Aksi Fumiya Kokubu, mengatakan pengusaha Jepang tetap komit menanamkan investasinya di Indonesia.

Wakil Ketua Keidanren yang juga Ketua Komite Ekonomi Jepang – Indonesia Ken Kobayashi mengatakan, kemajuan ekonomi yang telah dicapai oleh Indonesia harus dibarengi pola pikir yang berubah, khususnya bagi anak-anak muda yang ingin bekerja.

"Dunia telah berubah. Indonesia yang melimpah dengan sumber daya alam, harus lebih maju daripada Jepang yang tidak memiliki sumber daya alam seperti Indonesia. Mari kita garap bersama dan maju bersama," kata Kobayashi.

Dunia usaha Jepang merupakan investor kedua terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Jakarta Japan Club (JJC), dalam 10 tahun terakhir nilai investasi Jepang di Indonesia mencapai US4 31 miliar atau sekitar Rp450 triliun.

Adapun di Tanah Air, Ekonom Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia, Telisa Felianti, menegaskan, instabilitas ekonomi global masih menjadi tantangan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Talisa mencontohkan prediksi JP Morgan yang memprediksi pertumbuhan Indonesia 2020 sebesar 4,9%. Bahkan, Moody,s memprediksi pertumbuhan RI pada 2020 hanya 4,7%. “IMF dan World Bank juga merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi global beberapa kali”, kata Telisa dalam diskusi “Economic and Political Outlook 2020” yang digelar lembaga riset Sigmaphi di Jakarta, Kamis (12/12/2019).

Talisa menegaskan, instabilitas global itu juga yang membuat beberapa lembga internasional menduga, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 tidak akan sampai level 5%.

Kendati demikian, Telisa menilai pertumbuhan bisa optimal bila disertai optimalisasi sektor ekonomi digital, perkuat UMKM, peningkatan SDM dan rencana kebijakan Omnibus Law dan super deductive tax menjadi aspek penting memanfaatkan pembangunan yang sudah dilakukan.

Muhammad Islam, Direktur Sigmaphi menyebutkan, Indonesia hanya mampu tumbuh pada angka 5% akibat pengaruh ketidakpastian global seperti perang dagang dan dinamika geopolitik global.

"Indonesia hanya akan tumbuh 5,04% di tahun 2019 dan akan mengalami perlambatan di tahun 2020 yang menjadi 5,03%. Ini semua memperhitungkan kondisi eksternal yang belum stabil," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Miftahul Ulum
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper