Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha kemasan mematok target moderat pada 2020 di tengah upaya pembaruan mesin produksi.
Hengky Wibawa, Ketua Federasi Pengemasan Indonesia, menjelaskan pihaknya mematok target pertumbuhan sekitar 6% - 7% sepanjang 2019. Menurutnya, realisasi pertumbuhan pada kisaran itu hampir terjadi di semua subsektor industri pengemasan.
Kemasan fleksibel, katanya, tumbuh di bawah 5%. Namun, subsektor lain, seperti kemasan kertas dan karton, plastik kaku dan lain-lainnya, bertumbuh sesuai target.
Dia memperkirakan pada 2020 industri kemasan masih bertumbuh pada kisaran itu. "Target 2020 sementara ini, kami masih konservatif. [Industri kemasan] masih tumbuh di kisaran yang sama," ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.
Hengky menilai pada tahun depan kebanyakan produsen kemasan akan melalukan peremajaan mesin dan merealisasikan investasi untuk mengadopsi teknologi terbaru, khususnya untuk kemasan plastik. Dalam pameran teknologi berskala internasional di Jerman baru-baru ini, katanya, cukup banyak produsen kemasan Indonesia yang hadir.
Investasi baru itu diharapkan bisa mengantisipasi perubahan tren konsumsi di masyarakat. Hengky mengatakan sepanjang 2019 industri kemasan dihadapkan pada tantangan perubahan gaya hidup konsumen, khususnya generasi langgas atau milenial. Hal itu tercermin dari penurunan kinerja bisnis ritel di Indonesia.
"Perubahan gaya hidup jadi tantangannya, terutama di perkotaan. Gaya hidup milenial itu cenderung belanja secukupnya dan lebih suka travelling."
Hengky optimistis nilai pasar industri kemasan menembus US$7,1 miliar atau mencapai Rp101 triliun pada akhir tahun ini. Saat ini, nilai pasar kemasan di dalam negeri sudah mencapai Rp100 triliun.
Menurutnya, realisasi tersebut merupakan sebuah pencapaian baru di industri kemasan. Pada 2018 nilai pasar industri kemasan sudah mencapai Rp94 - Rp95 triliun.