Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Labuan Bajo dan Likupang Belum Cocok Jadi Tuan Rumah KTT G20 2023

KEK Likupang dan Labuan Bajo dikabarkan menginginkan menjadi lokasi perhelatan KTT G20 sebagaimana Indonesia adalah tuan rumah dalam event tersebut pada 2023. Namun kedua destinasi wisata itu rupanya dianggap belum mampu untuk menjadi penyelenggara agenda akbar itu.
Presiden Joko Widodo (depan, ketiga kiri) berpose bersama para kepala negara, dan kepala pemerintahan negara G20 saat sesi family photo di sela-sela menghadiri KTT G20, di Osaka, Jepang, Jumat (28/6/2019).  Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 digelar pada tanggal 28-29 Juni 2019./Reuters-Kim Kyung-Hoon
Presiden Joko Widodo (depan, ketiga kiri) berpose bersama para kepala negara, dan kepala pemerintahan negara G20 saat sesi family photo di sela-sela menghadiri KTT G20, di Osaka, Jepang, Jumat (28/6/2019). Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 digelar pada tanggal 28-29 Juni 2019./Reuters-Kim Kyung-Hoon

Bisnis.com, JAKARTA - KEK Likupang dan Labuan Bajo dikabarkan menginginkan menjadi lokasi perhelatan KTT G20 sebagaimana Indonesia adalah tuan rumah dalam ajang tersebut pada 2023. Namun, kedua destinasi wisata itu rupanya dianggap belum mampu untuk menjadi penyelenggara agenda akbar itu.

Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azhari menuturkan, khusus  untuk agenda besar berskala internasional seperti KTT G20 hingga saat ini hanya bisa diselenggarakan di destinasi yang telah berkembang pesat seperti Bali dan Jakarta. Apalagi, saat ini kedua destinasi tersebut, khususnya Likupang belum selesai pembangunannya.

“Khusus untuk acara meeting internasional dan besar seperti KTT G20, apalagi dihadiri oleh Kepala Negara tentunya hanya beberapa destinasi saja yang bisa dan mampu seperti Bali dan Jakarta,” kata Azril kepada Bisnis.com, Senin (9/12/2019).

Sebab, hanya dua lokasi tersebut yang dianggap siap dari sisi infrastruktur, penyediaan akomodasi dan fasilitas penunjang lainnya.  

Menurutnya, jika pemda dua  lokasi itu masih bersikukuh ingin menjadi tuan rumah, ada beberapa hal yang harus segera dituntaskan. Mulai dari amenitas, akses, daya tarik, hingga lima sub index daya saing pariwisata yaitu health & hygiene, safety& security, enviromental sustainability, tourist service infrastructure dan ICT readiness.

“Kalau niatnya jadi tuan rumah event untuk meningkatkan wisatawan ya tentu saja bisa, namun jangan lupa dampak negatifnya.”

Dampak negatif dalam hal ini adalah kekhawatiran jika para tamu internasional kecewa lantaran destinasi dan sumber daya manusia yang belum siap.  Efeknya, mereka kemungkinan tidak akan kembali ke destinasi tersebut.

“Karena belum tersedia banyak hal, terutama destinasi dan sumber daya manusianya belum siap, maka peserta KTT yang bertaraf Internasional akan sangat kecewa.”

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedy menuturkan keinginan Labuan Bajo dan KEK Likupang untuk menjadi tuan rumah agenda internasional bisa menjadi pemicu bagi dua destinasi tersebut untuk mempercepat pembangunannya.

“Itu jadi suatu tantangan untuk bisa bangun dalam tempo 3 tahun, 2020-2022. Pembangunan hotel itu kan 2 tahun atau 20 bulan paling cepat  Menurut saya bagus saja, tapi kalau yang jelas G20 yang paling tepat itu Bali atau Jakarta,” kata Didien.  Namun dia mengaku tak melihat dampak negatif dari ambisi tersebut.

Sementara, itu dampak positif, kedua destinasi itu bisa terus menggaet wisman asalkan ada upaya seperti promosi yang terintegrasi pasca event.

“Bisa dongkrak wisman, tapi  itu begini sebetulnya, event internasional itu hanya jadi pemicu. Triggernya bukan untuk G20 tapi what nextnya. Disitulah pentingnya intergrated promosi untuk jual destinasi itu setelah acara.”

Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf Guntur Sakti mengatakan untuk menjadi tuan rumah dalam ajang KTT G20 memang menjadi salah satu target pemerintah. Sementara untuk lokasi sampai saat ini belum ditetapkan secara pasti.

“Baik Likupang maupun Labuan Bajo, dipertimbangkan sebagai lokasi tuan rumah. Namun bukan berarti keduanya berebut untuk menjadi tuan rumah karena sampai saat ini belum diputuskan. Kedua destinasi tersebut merupakan destinasi super prioritas yang pembangunannya dikebut sehingga kami meyakini keduanya akan siap menjadi tuan rumah bagi event kelas dunia termasuk KTT G20,” kata Guntur.

Wakil Gubenur Sulawesi Utara (Sulut) Steven Kandouw mengatakan keinginan pemda Sulut untuk  menjadikan KEK Likupang sebagai lokasi penyelenggaraan KTT G20 pada 2023 sudah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.

“Sudah disampaikan Pak Gubernur ke Pak Jokowi,” kata Steven kepada Bisnis, Senin (9/12).

Dalam hal ini, Steven menuturkan ada banyak keuntungan jika acara tersebut digelar di Likupang dibandingkan dengan Labuan Bajo. Pertama, seluruh lahan relatif tidak ada masalah.

“Labuan Bajo 80% masih perlu dibebaskan. Bandara kita jauh lebih unggul,apalagi kalau sudah dibebaskan lahannya,” klaimnya.

Kedua secara geografis, lokasi Likupang cukup menguntungkan untuk anggota G20 dari Pacific bagian utara seperti China, Jepang, Korea Selatan, Kanada dan Amerika jauh lebih dekat. Sedangkan Labuan Bajo hanya Australia saja yang dekat secara lokasi.

Steven mengklaim saat ini proyek KEK Likupang sudah mencapai 99% dimana pemda setempat terus mengebut pembangunan infrastruktur. Sedangkan untuk Pepres KEK Likupang dia mengatakan dalam waktu dekat akan segera diteken, paling lambat pada awal 2020.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper