Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah memproyeksikan total investasi pembangkit energi baru terbarukan (EBT) yang akan beroperasi secara komersial (commercial operation date/COD) hingga 2025 senilai US$36,95 miliar.
Proyek EBT tersebut terdiri dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) senilai US$17,45 miliar, pembangkit listrik tenaga air atau mikrohidro (PLTA/M) US$14,58 miliar, serta pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) US$1,69 miliar.
Kemudian, investasi juga datang dari pembangkit listrik tenaga hybrid sebesar US$260 juta, pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) US$1,6 miliar, dan pembangkit listrik tenaga bioenergi US$1,37 miliar.
Secara kapasitas, total investasi tersebut akan meningkatkan bauran pembangkit EBT di Indonesia menjadi 24.074 mw pada 2025.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) F.X. Sutijastoto mengaku masih optimistis target tahunan tersebut akan tercapai. Apalagi, menyusul akhir tahun nanti akan ada sejumlah pembangkit EBT berkapasitas besar yang akan melakukan COD.
Menurutnya, meskipun investasi tersebut masih merupakan proyeksi, sebagian besar pembangkit telah melakukan penandatangan perjanjian jual beli listrik (PJBL).
Baca Juga
"Energi itu tidak bisa sekarang mau besok terbangun, perlu waktu, yang besar- besar itu perlu waktu," katanya, Selasa (3/12/2019).
Adapun pada 2019 kapasitas terpasang pembangkit EBT ditargetkan sebesar 10.335 MW, 2020 menjadi 11.256 MW, 2021 12.887 MW, 2022 14.064 MW, 2023 15.184 MW, 2024 17.421 MW, 2025 24.074 MW.
Hingga semester I/2019, kapasitas terpasang pembangkit EBT adalah sebesar 9.868 MW atau 12,4% dari total bauran energi pembangkitan.