Bisnis.com, JAKARTA - Industri penerbangan yang sedang lesu pada awal 2019 membuat maskapai lebih berhati-hati dalam menetapkan strategi pada masa angkutan Natal dan Tahun Baru 2019/2020.
Beberapa maskapai nasional masih enggan untuk mengajukan penerbangan tambahan dan memilih untuk menunggu (wait and see) permintaan pasar.
Garuda Indonesia memilih untuk menggunakan pesawat berbadan lebar (wide body) yang dinilai lebih efisien dan efektif baik terhadap beban operasional maskapai maupun bagi bandara dibandingkan harus menambah penerbangan.
Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah menyatakan Garuda menyediakan sebanyak 2.495 kursi tambahan dari 967.771 kursi reguler pada masa angkutan Natal dan Tahun Baru 2019/2020. Guna memenuhi kapasitas tersebut, emiten berkode GIAA memilih mengoperasikan pesawat wide body.
"Dari sisi kapasitas, pesawat wide body ini masih lebih besar dibandingkan dengan dua unit pesawat narrow body. Bisa lebih dari dua kali lipat," katanya kepada Bisnis.com, pekan lalu.
Dia menjelaskan kapasitas Boeing 737-800 hanya 163 kursi, jika mengoperasikan dua unit totalnya 326 kursi. Adapun, kapasitas Boeing 777-800 bisa mencapai 393 kursi atau Airbus 330-300 sebanyak 360 kursi.
Baca Juga
Dampaknya, biaya operasional menjadi efisien karena mampu mengangkut penumpang lebih banyak. Namun, diakui tidak semua bandara bisa mengakomodir pesawat wide body, seperti di Labuan Bajo dan Silangit.
Keuntungan lain juga bisa dirasakan bandara, yakni bisa mengurangi kepadatan pergerakan di sisi udara, sehingga mengurangi risiko terjadi keterlambatan (delay). Terlebih, pada saat peak season biasanya pada jam tertentu, runway maupun taxiway bisa sangat padat.
Total terdapat 139 unit pesawat yang dioperasikan selama masa Nataru 2019/2020 dengan 25 persen diantaranya merupakan kategori wide body.
Perinciannya sebanyak 104 unit pesawat narrow body dan 35 unit wide body digunakan untuk melayani rute penerbangan dengan permintaan tinggi selama Nataru.
Dia menambahkan jenis pesawat wide body yang digunakan antara lain Boeing 777-300, Airbus 330-300 dan Airbus 330-200. Adapun, untuk pesawat narrow body yakni Boeing 737-800, CRJ1000 NexGen, dan ATR 72-600.
Dia menuturkan beberapa rute domestik yang dinilai akan menjadi favorit penumpang selama Nataru antara lain Denpasar, Surabaya, Labuan Bajo, Semarang, Yogyakarta, Mataram, dan Kupang. Sementara untuk rute internasional adalah Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan kawasan Eropa.
GIAA telah mempersiapkan 2.495 kursi tambahan selama masa Nataru yang berlangsung dari 20 Desember 2019 hingga 6 Januari 2020.
Dia menambahkan penambahan kapasitas dilakukan pada berbagai destinasi domestik utama seperti Denpasar, Surabaya, Manado, Makassar, dan lainnya. Pesawat yang digunakan berjenis Boeing 777-300 maupun Airbus 330-300 dengan kapasitas masing-masing 393 kursi dan 360 kursi.
Kendati demikian, Pikri menyebut akan terus memonitor permintaan pasar dan menyesuaikan penambahan kapasitas penerbangan tersebut jika ada perubahan.
Hal serupa juga ditegaskan Citilink Indonesia yang memilih untuk mengoptimalkan kapasitas penerbangan yang dimiliki tanpa ada pengajuan extra flight. Terlebih, rata-rata operasional harian masih di bawah total kapasitas penerbangan yang dimiliki.
Senior Manager Corporate Communication Citilink Fariza Astriny mengatakan langkah tersebut dilakukan guna mengoptimalkan efisiensi biaya oprasional maskapai.
"Total kapasitas maksimal ada 310 hingga 320 penerbangan. Selama ini operasional harian rata-rata sekitar 280 penerbangan," ujar Fariza.