Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah disarankan membangun jaringan rel kereta api dari Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat menuju kawasan industri untuk menjamin kelancaran angkutan barang ekspor dan impor di pelabuhan baru itu.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi menyatakan kelancaran angkutan barang dari Pelabuhan Patimban menuju kawasan industri (hinterland) atau sebaliknya sangat penting.
"Perencanaan integrasi Pelabuhan Patimban dengan hinterland juga harus cermat dan matang. Biaya transportasi hinterland suatu pelabuhan ke consignee atau dari shipper berkontribusi sekitar 25 persen biaya door-to-door," jelasnya kepada Bisnis.com, Minggu (1/12/2019).
Oleh karena itu, dia menyatakan Pelabuhan Patimban harus terintegrasi dengan jaringan rel sampai lini satu pelabuhan. Hal ini guna menghindari persoalan pelabuhan sebelumnya yang berdampak terhadap inefisiensi pengguna yang tinggi.
Bahkan, menurutnya, efisiensi logistik dapat diperoleh untuk sejumlah kawasan industri lainnya di Pulau Jawa dengan kerja sama antara Pelabuhan Patimban dan PT Kereta Api Indonesia (Persero).
"Peluangnya berupa pemanfaatan container yard [CY] kereta api yang terkoneksi dengan jaringan rel di sejumlah daerah seperti Bandung, Semarang, Surabaya, dan Jember," jelasnya.
Baca Juga
Menurutnya, Pelabuhan Patimban berpotensi meningkatkan efisiensi logistik pelaku industri di Tanah Air.
Selain mengurangi ketergantungan terhadap Pelabuhan Tanjung Priok yang aksesibilitasnya dari dan ke beberapa kawasan industri terkendala kemacetan, imbuhnya, keberadaan Pelabuhan Patimban akan meningkatkan persaingan sehat antarpelabuhan.
"Apabila Pelabuhan Patimban fokus ekspor industri otomotif, maka perlu dipertimbangkan pula pemanfaatannya untuk proses impor, sehingga tingkat penggunaan pelabuhan akan tinggi," paparnya.
Selain otomotif, Pelabuhan Patimban strategis bagi industri di Jawa Barat secara umum dan berpotensi mengalihkan volume ekspor-impor dari Pelabuhan Tanjung Priok.
Berdasarkan analisis SCI, sekitar 79 persen volume ekspor dan 84 persen volume impor yang melalui Pelabuhan Tanjung Priok untuk industri yang berlokasi di Jawa Barat.
Volume ekspor itu terutama dari wilayah Karawang (29 persen volume Tanjung Priok), Purwakarta (8 persen), dan Bandung (6 persen), serta tidak menutup kemungkinan dari Bekasi (32 persen). Sementara volume impor itu untuk wilayah Karawang (36 persen), Purwakarta (9 persen), dan Bandung (6 persen), serta Bekasi (23 persen).
"Dengan volume ekspor-impor yang melalui Pelabuhan Tanjung Priok sekitar 65 persen volume nasional, maka efisiensi yang bisa diperoleh dengan keberadaan Pelabuhan Patimban berpotensi berdampak positif terhadap peningkatan efisiensi logistik nasional," ujarnya.
Di sisi lain, Patimban terangnya, berpotensi penting dalam rencana pengembangan kawasan Bekasi-Karawang-Purwakarta (Bekapur) sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang sangat penting karena kontribusi ekonomi yang tinggi, yaitu sekitar 15 persen dari industri nasional.
Sebelumnya, Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang Jawa Barat, ditinjau Presiden Joko Widodo dan tergetnya beroperasi Juni 2020. Pelabuhan Patimban digadang-gadang menjadi pelabuhan terbesar di Indonesia pada 2027 terutama untuk ekspor otomotif Indonesia.
Pembangunan Pelabuhan direncanakan dalam tiga tahapan proyek dengan total investasi sekitar Rp40 triliun. Pembangunan tahap pertama dengan total dana Rp 23,5 triliun yang terdiri atas dua fase, yaitu fase I sebesar Rp 14 triliun dan fase II sebesar Rp 9,5 triliun.