Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memproyeksi penyaluran Solar bersubsidi mencapai 16 juta kiloliter hingga akhir 2019 mengingat ada peningkatan permintaan masyarakat.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan sejak September lalu sudah melaporkan bahwa ada peningkatan permintaan, khususnya daerah yang dihuni industri pertambangan dan perkebunan.
“Kemudian dengan tren permintaan itu maka kuota 2019 akan habis di akhir November. Dengan demikian kami melihat memang terjadi kekurangan kuota di beberapa daerah,” katanya, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII, Kamis (28/11/2019).
Dengan pertimbangan tersebut, Nicke mengatakan pemerintah menyetujui ditambahkannya kuota solar subsidi. Untuk itu, pihaknya bekerja dengan batasan kuota solar bersubdisi sebesar 16 juta KL pada tahun ini.
“Dengan demikian ini angka yang akan kami jadikan dasar penyaluran Biosolar pada 2019 yaitu angkanya 16 juga KL,” tambahnya.
Senada dengan peningkatan permintaan Solar, realisasi permintaan Premium juga diperkirakan meningkat pada 2019 dibandingkan dengan tahun lalu. Nicke mengatakan hal ini disebabkan adanya kebijakan pemerintah untuk mendistribusikan Premium di Jawa Madura dan Bali.
Untuk itu, mulai 28 Mei 2018 Pertamina menambah penyaluran Premium di 571 Satuan Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Nicke menyebut, prognosa distribusi Premium tahun ini mencapai 12 juta KL atau lebih besar dari kuota yang ditetapkan pemerintah sebesar 11 juta KL.
Adapun untuk LPG tabung 3 kilogram atau bersubsidi, Nicke juga menyebut prognosa penyaluran tahun ini akan meningkat. Tahun lalu, total distribusi LPG bersubsidi sebesar 6,5 juta metrik ton, sementara tahun ini diperkirakan meningkat menjadi 6,9 juta metrik ton.
“Karena ada program konversi BBM ke LPG, khususnya [kawasan] Indonesia bagian tengah untuk nelayan dan petani. Prognosa 2020 kami perkirakan mencapai 7,22 juta metrik ton,” Tambahnya.
Sementara itu, Pertamina memastikan keamanan pasokan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan BBM dan LPG yang biasanya meningkat di penghujung tahun, menjelang Natal dan Tahun Baru.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan secara umum stok BBM secara nasional mencapai 25 hari, sementara stok LPG mencapai 15 hari. Menurutnya, volume pasokan BBM dan LPG bergerak dinamis, mengikuti tren peningkatan menjelang Natal dan Tahun Baru 2020.
“Menghadapi Natal dan Tahun Baru nanti stok BBM dan LPG sangat aman sejalan dengan optimalisasi kilang dan teknologi yang diterapkan, sehingga bisa lebih mudah mengolah minyak mentah menjadi berbagai produk BBM,” ujarnya, dalam keterangan resmi, Kamis (28/11/2019).
Selain pasokan BBM, Fajriyah menambahkan sotk avtur dan solar bahkan dalam kondisi surplus. Hal ini terjadi mengingat Pertamina sudah mandiri dalam mengolah produk tersebut sejak Maret dan April, sehingga Pertamina dapat melakukan ekspor pada pertengahan 2019.
“Peningkatan stok BBM juga didukung suplai minyak mintah domestik dari KKKS yang beroperasi di Indonesia, sehingga ketahanan kilang semakin meningkat,” tambahnya.