Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RCEP: Indonesia Berpeluang Kebanjiran Investasi Asing di Sektor-Sektor Ini

Indonesia harus memfokuskan diri menyiapkan insentif dan produk-produk unggulan yang ditargetkan dapat menjadi tujuan investasi asing pascaberlakunya Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Perdana Menteri India Narendra Modi, Perdana Menteri Cina Li Keqiang, Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-Ocha, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc, Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berjabat tangan di KTT Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional ke-3 (RCEP) di Bangkok, Thailand, 4 November 2019./Reuters
Perdana Menteri India Narendra Modi, Perdana Menteri Cina Li Keqiang, Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-Ocha, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc, Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berjabat tangan di KTT Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional ke-3 (RCEP) di Bangkok, Thailand, 4 November 2019./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia harus memfokuskan diri menyiapkan insentif dan produk-produk unggulan yang ditargetkan dapat menjadi tujuan investasi asing pascaberlakunya Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Direktur Perundingan Asean Kementerian Perdagangan Donna Gultom memperkirakan melalui RCEP, Indonesia dapat menarik minat investasi asing pada sejumlah sektor, a.l. besi dan baja, industri kimia, otomotif dan farmasi. Pasalnya, Indonesia memiliki kelebihan di sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan negara-negara anggota RCEP lain.

“Ada banyak sekali sektor yang dikerjasamakan di RCEP. Namun kita tidak bisa ambil semuanya. Kita harus fokus ke sektor-sektor mana yang unggul dan mempersiapkanya. Hal ini kita butuhkan ketika saling bersaing merebut guyuran investasi dari sesama negara anggota,”  katanya, Rabu (20/11/2019).

Dia mengatakan otomotif RI dapat menjadi sektor yang paling menarik bagi investasi asing ketika RCEP diterapkan. Salah satunya disebabkan karena , Indonesia menjadi salah satu negara yang paling siap untuk menggarap industri mobil listrik dibandingkan dengan negara di kawasan Asean lain. Terlebih sejumlah perusahaan  otomotif dari negara anggota RCEP seperti Jepang dan Korea Selatan telah memiliki basis produksi di Indonesia.

Di sisi lain, di sektor farmasi, Indonesia diperkirakannya dapat menarik minat investasi dari China yang selama ini menjadi salah satu produsen bahan baku obat-obatan. Sementara itu, untuk besi dan baja serta industri kimia, Korea Selatan menjadi yang terdepan dalam sumber investasi.

Kendati demikian dia meminta Indonesia berbenah guna menyiapkan diri menyambut guyuran investasi dari RCEP. Hal itu dibutuhkan agar Indonesia menarik bagi investor asing. Terlebih, lanjutnya, Indonesia harus bersaing dengan negara-negara lain di Asean yang mengincar investasi asing dari RCEP, seperti Vietnam dan Thailand.

“Keluhan investor mengenai harga gas yang masih mahal lalu bunga pinjaman perbankan yang masih terlalu tinggi dibandingkan dengan negara Asean harus menjadi perhatian kita. Selain itu kita juga harus mulai memperhatikan peluang limpahan investasi yang tidak lagi menuju Vietnam,” katanya.

Menurutnya, Vietnam mulai tidak menarik bagi investor asing lantaran negara tersebut tak lagi konsisten memberikan insentif. Untuk itu RI, memiiki setidaknya tiga tahun lagi untuk mempersiapkan diri.

Pasalnya, perundingan RCEP ditargetkan dapat selesai secara penuh pada akhir tahun depan. Selanjutnya proses ratifikasi di masing-masing negara ditargetkan dapat selesai pada 2021 sehingga pada 2022 RCEP dapat diimplementasikan.

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Perekonomian Rizal Affandi Lukman mengatakan pemerintah terus berupaya membenahi iklim investasi nasional. Langkah itu salah satunya diambil agar Indonesia siap menyambut RCEP. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah saat ini adalah memetakan industri unggulan Tanah Air dan penurunan perizinan investasi.

“Sepertiga investasi dunia ada di negara anggota RCEP. Kita harus siap-siap memanfaatkannya dalam waktu yang singkat ini untuk memaksimalkan peluang yang ada supaya kita bisa bergabung dalam rantai pasok global,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Benny Soetrisno menargetkan, RI dapat menarik investasi di sektor otomotif, permesinan, elektronika, makanan dan minuman serta tekstil dan produk tekstil (TPT).

“Namun, pemerintah harus jelas mulai dari sekarang, tentukan mana sektor unggulan yang akan kita tawarkan ke investor asing. Selama ini kita tidak jelas arahnya ingin konsentrasi mengembangkan industri apa. Seolah-olah semua sektor ingin kita tarik, dan akhirnya hasilnya tidak maksimal,” ujarnya.

 Wakil Ketua Bidang Industri Asosiasi Pengusaha Indonesia Johnny Darmawan mengatakan RCEP merupakan peluang besar bagi RI untuk menarik investasi dan bergabung lebih dalam ke rantai pasok global. Pasalnya, dalam RCEP negara-negara anggota memiliki komitmen untuk melakukan liberalisasi tarif impor hingga 80%.

“RCEP adalah peluang besar untuk industri kita bertumbuh. Skala kerja samanya sangat besar. Namun patut kita perhatikan bahwa di RCEP negara pesaing kita juga ikut serta yakni Vietnam dan Thailand. Kita harus bisa memberikan daya tarik yang lebih besar ke investor karena dalam RCEP kita menjadi setara dengan negara lain,” katanya.

Adapun RCEP memiliki anggota yang terdiri dari 10 negara anggota Asean ditambah dengan  enam negara lain yakni Jepang, India, Selandia Baru, Australia, Korea Selatan dan China. Gabungan negara-negara itu memiliki nilai produk domestik bruto (PDB) gabungan mencapai US$2,6 triliun dan mencakup 45% populasi dunia serta menguasai  30% dari total arus perdagangan dunia.

Saat ini, RCEP telah mencapai tahap diselesaikannya konklusi umum kerja sama di antara negara anggota pada KTT Asean pada awal bulan ini. Namun demikian, pada pertemuan tersebut India menarik diri dari tahap konklusi tersebut, lantaran masih memiliki perbedaan pandangan dan kesepakatan dengan negara lain.    


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper