Bisnis.com, JAKARTA – Ekspor Jepang semakin merosot pada bulan Oktober, karena perang perdagangan AS-China membebani permintaan global.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dirilis Rabu (20/11/2019), nilai pengiriman ekspor negeri turun 9,2 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, turun selama 11 bulan berturut-turut dan memperpanjang penurunan terpanjang sejak 2016.
Jatuhnya pengiriman sektor otomotif dan baja menjadi faktor utama. Penurunan ini lebihbesar dari proyeksi ekonomi dalam survei Bloomberg sebesar 7,5 persen.
Sementara itu, nilai impor turun 14,8 persen pada Oktober, lebih landai dibandingkan dengan estimasi ekonom yang memperkirakan penurunan sebesar 15,2 persen. Dengan ini, Jepang mencatat surplus neraca perdagagan sebesar 17,3 miliar yen pada bulan Oktober.
Sektor manufaktur global tetap berada dalam kesulitan, setelah indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) di luar Asia dan AS mencatat ketidakpastian yang masih melekat atas ekonomi global dan ketegangan perdagangan.
Prospek permintaan global dapat berubah menjadi lebih baik jika Washington dan Beijing berhasil menyegel kesepakatan awal perdagangan yang menurunkan tarif perdagangan kedua belah pihak. Ekspor ke China turun 10,3 persen, sedangkan pengiriman ke AS turun 11,4 persen.
Baca Juga
Sementara itu, jatuhnya persediaan semikonduktor di Korea Selatan dan meningkatnya permintaan smartphone menunjukkan potensi penurunan teknologi, yang telah membebani ekspor Jepang sepanjang tahun.
Perdana Menteri Shinzo Abe bulan ini menyerukan paket stimulus untuk melindungi ekonomi dari perlambatan global, mendukung upaya pemulihan dari kerusakan yang diakibatkan musibah topan ini dan meredam dampak kenaikan pajak penjualan pada bulan Oktober.
Para ekonom telah memperkirakan penurunan besar dalam impor yang berasal dari gangguan yang disebabkan oleh Topan Hagibis dan pelemahan permintaan untuk barang-barang konsumen di luar negeri setelah kenaikan pajak penjualan.
“Ke depan, perlambatan permintaan eksternal akan terus membebani ekspor. Impor barang-barang konsumen mungkin tetap lemah di kuartal IV/2019 karena kenaikan pajak penjualan menekan permintaan dan memberikan dukungan untuk ekspor bersih," ungkap ekonom Bloomberg, Yuki Masujima.