Bisnis.com, JAKARTA -- Tingkat keterisian angkutan lintas rel terpadu atau LRT Palembang mencapai 40 persen, berkat berbagai upaya optimalisasi yang telah dilakukan. Jumlah ini disebut telah membaik.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi terus memantau secara berkala pengoperasian Light Rapid Transit Sumatera Selatan (LRT Sumsel) untuk memastikan pelayanannya semakin baik.
"Saya menjadikan LRT di Palembang ini sebagai contoh pengoperasian kereta api dalam kota karena LRT pertama kali di Indonesia ada di Palembang. Maka secara periodik 2 bulan sekali saya pantau agar pelayanannya semakin membaik," jelasnya dalam keterangan tertulis, MInggu (17/11/2019).
Budi Karya mengatakan, saat ini tingkat keterisian LRT telah meningkat menjadi 40 persen. Hal tersebut dapat dicapai karena sejak dua bulan lalu sudah dilakukan upaya-upaya optimalisasi layanan LRT Sumsel, seperti waktu tempuh perjalanan yang lebih singkat dari 60 menit menjadi 47 menit Stasiun Bandara ke Stasiun DJKA.
Selain itu, waktu kedatangan antarkereta dari 30 menit menjadi 18 menit, frekuensi perjalanan LRT dalam sehari yang semula 58 perjalanan meningkat menjadi 78 perjalanan.
"Ditambah lagi kebijakan Gubernur Sumatra Selatan yang menerapkan program minimal 1 kali/bulan bagi PNS untuk naik LRT Sumsel. Saya mengucapkan apresiasi dan terima kasih atas kolaborasi yang baik dari Pemerintah Daerah,” ujar Menhub.
Berdasarkan data dari Ditjen Perkeretaapian, sejak dioperasikannya pada Juli 2018, jumlah penumpang LRT Sumsel telah mencapai lebih 3 juta orang per November 2019. Untuk rata-rata harian jumlah penumpang yang diangkut di bulan Oktober mencapai 7.276 penumpang per hari.
Sementara untuk rata-rata harian penumpang, tercatat, jumlah penumpang yang diangkut pada akhir pekan lebih tinggi dari pada hari biasa yaitu mencapai 10.207 penumpang pada akhir pekan dan 6.256 penumpang pada hari biasa. Tingkat keterisian penumpang menujukan tren yang terus meningkat setiap bulannya.