Bisnis.com, JAKARTA - Perang dagang AS-China telah merugikan ekonomi kedua negara akibat penurunan tajam ekspor dan harga yang lebih tinggi bagi konsumen, menurut lapran PBB.
Sebuah laporan baru oleh Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) menemukan dampak negatif kenaikan tarif yang diberlakukan oleh dua ekonomi terbesar di dunia itu. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa ekonomi keduanya sama-sama memburuk yang pada gilirannya berisiko terhadap ekonomi global, menurut badan dunia itu memperingatkan.
"Perang dagang kalah-kalah (lost-lost) tidak hanya merugikan pesaing utama, tetapi juga membahayakan stabilitas ekonomi global dan pertumbuhan di masa depan," kata Kepala Divisi Perdagangan dan Komoditas Internasional UNCTAD, Pamela Coke Hamilton dalam sebuah pernyataan seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (6/11/2019).
Perang dagang AS-Cina sejak tahun lalu telah membuat tarif yang dikenakan untuk barang-barang impor mencapai nilai ratusan miliar dolar AS.
Berdasarkan analisa UNCTAD yang melihat dampak dari tarif AS, ditemukan penurunan 25% impor AS atas produk Cina yang dikenai sanksi pada paruh pertama tahun 2019 saja.
"Tarif Amerika Serikat untuk China secara ekonomi telah merugikan kedua negara," laporan itu menyimpulkan.
Ekonom UNCTAD, Alessandro Nicita mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa selama fase awal konflik, "sebagian besar biaya tarif dikenakan ke konsumen atau perusahaan AS.
Tetapi dia mengatakan bahwa eksportir China juga semakin menurunkan harga barang yang dikenai tarif sebagai upaya untuk mempertahankan pangsa pasar AS mereka.