Bisnis.com, JAKARTA — Berjarak 1 kilometer dari Pantai Boom, Perumahan Griya Panjang di Pekalongan tidak bisa menghindar dari genangan air laut.
Tumpukan karung yang berjajar di pinggir jalan tak kuasa membendung limpahan air dari arah pantai. Rob tidak hanya menggenangi permukiman. Apapun yang tegak di atas tanah, tergenang, mulai dari pabrik hingga rumah duka.
Pemandangan itu saya jumpai 2 tahun silam. Tanpa ada upaya, sebagian Pekalongan secara diam-diam bisa saja tenggelam.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas melansir bahwa Pekalongan menjadi salah satu daerah yang rentan terkena hantaman rob, bersama Semarang dan Jakarta. Penurunan muka tanah menjadi faktor yang bisa menambah derita tiga daerah tersebut bila rob tak bisa dikendalikan.
Muhammad Avisena, warga Pasir Sari, Pekalongan, mengaku bahwa rob bisa menggenang permukiman hingga sekitar 50 sentimeter. Padahal, permukiman tempat dia tinggal berjarak 4 kilometer dari pantai.
Dia mengakui sudah 6 bulan, rob tidak lagi mampir ke rumahnya. Namun, rob bisa kembali datang, tiba-tiba tanpa diminta.
Baca Juga
Banjir yang kerap melanda Pekalongan membuat kawasan permukiman yang terdampak tidak lagi nyaman untuk ditempati. Hijrah menjadi pilihan masuk akal.
"Gara-gara banjir, teman-teman saya pindah rumah. Rumah lama enggak mereka jual, dibiarkan saja," tuturnya kepada Bisnis.
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020—2024 disebutkan bahwa pantai utara (pantura) Jawa memang rentan terhadap bahaya gelombang air laut.
Tingkat kehilangan lahan di pantura—yang menyumbang 20 persen terhadap perekonomian Indonesia—cukup tinggi. Di Demak, misalnya, abrasi telah melenyapkan lahan seluas 476 hektare.
Kondisi yang sudah parah bakal makin kritis bila tinggi muka air laut makin naik. Pada 2040, tinggi muka air laut diperkirakan naik 50 sentimeter dibandingkan dengan posisi pada 2000. Panjang pantai yang rentan terkena abrasi juga melar menjadi 18.480 kilometer pada 2045.
LUAS ABRASI
Peneliti Utama Badan Penelitian & Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Dede Manarol Huda Sulaiman mengatakan bahwa 44 persen pantai di Jawa sepanjang 745 kilometer telah mengalami abrasi. Luas terdampak abrasi mencapai 12.878 hektare atau hampir sama dengan luas Kota Denpasar.
Secara khusus, di pantura, luasan abrasi yang teridentifikasi mencapai 5.500 hektare, tersebar di 10 kabupaten/kota. Di dalam luasan tersebut, sedikinya 30 juta penduduk di pantura Jawa terdampak abrasi dan rentan terhadap risiko bencana yang lebih buruk. Mau tak mau, pengaman pantai harus dibangun.
Dede memperkenalkan teknologi pemecah gelombang ambang rendah atau pegar untuk mengatasi abrasi. Dede menjelaskan, teknologi pegar meredam sebagian energi gelombang laut sehingga terpecah. Sebagian energi itu diteruskan ke pantai sambil mengangkut sedimen kemudian mengendap di pantai.
"Teknologi pegar terbukti mengurangi erosi pantai dan menambah lebar pantai rata-rata sekitar 75 meter dalam waktu kurang dari satu musim," ujarnya dalam orasi pengukuhan profesor riset di Jakarta, Selasa (5/11).
Secara teknis, teknologi untuk menghalau air laut dari daratan sudah ditemukan dan selalu ada yang baru seiring keberlanjutan penelitian. Tentu saja, aksi lanjutan dibutuhkan agar permukiman seperti di Pekalongan tidak lagi tergenang.