Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pendidikan dan riset logistik Supply Chain Indonesia menilai pembangunan infrastruktur dalam 5 tahun ke depan perlu mengacu pada pengembangan multimoda.
Infrastruktur yang bisa memadukan angkutan antarmoda dinilai akan menghasilkan dampak yang lebih luas bagi sektor logistik.
Chairman Supply Chain Indonesia Setijadi mengatakan bahwa arahan Presiden Joko Widodo untuk menghubungkan infrastruktur dengan simpul ekonomi sudah tepat.
Menurutnya, keterhubungan dengan simpul produksi menjadi kekurangan dalam pembangunan infrastruktur selama 5 tahun terakhir.
"Kami harapkan ada evaluasi agar pembangunan infrastruktur berimbang. Akses ke simpul transportasi, apakah ke pelabuhan, bandara, terminal barang itu bermasalah," jelasnya kepada Bisnis, Senin (4/11/2019).
Dia menjelaskan bahwa moda angkutan laut perlu didorong untuk menjadi tulang punggung jaringan logistik nasional mengingat bentuk wilayah Indonesia berupa kepulauan.
Baca Juga
Di matra darat, pembangunan infrastruktur jalan maupun jaringan kereta api perlu dibangun secara seimbang.
Dalam catatan Bisnis, pembangunan jalan dalam 5 tahun terakhir memang lebih pesat dibandingkan rel kereta api. Data yang dihimpun menunjukkan bahwa dalam periode 2015—2019 jalan baru terbangun diperkirakan mencapai 3.793 kilometer. Selain itu, panjang jalan tol baru diestimasi mencapai 1.461 kilometer.
Sementara itu, panjang jalur kereta api baru terbangun dalam periode tersebut diperkirakan hanya 989,29 kilometer spoor.
Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan target yang diusung Kementerian Perhubungan sepanjang 1.349,79 kilometer spoor.
Di sisi lain, pembangunan jalan yang massif telah menuai hasil yang tak mengecewakan.
Laporan Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index) menunjukkan bahwa aspek infrastruktur mengalami perbaikan. Peringkat kualitas jalan di Indonesia pada 2014 masih bertengger di posisi 72 dan naik ke peringkat 60 pada 2019.
Kendati demikian, aspek konektivitas jalan yang baru dinilai pada tahun ini mendapat skor 59,8 dari skala 100. Skor itu menempati urutan 109, lebih rendah dibandingkan dengan Thailand (54) dan Vietnam (104), tetapi lebih baik dibandingkan dengan Malaysia (133) dan Filipina (135).