Bisnis.com, JAKARTA - Harga gas dalam negeri dinilai perlu mencapai US$6 per juta british termal unit (million british thermal unit/MMBtu) untuk mendukung akselerasi manufaktur nasional.
"Harga US$6 per MMBtu itu yang terbaik. Di atas itu tidak mendukung industri," kata Achmad Widjaja, Wakil Komisi Tetap Industri Hulu & Petrokimia Kadin, kepada Bisnis, Kamis (31/10/2019).
Achmad menilai penetapan harga gas itu harusnya didasari pada komitmen pemerintah untuk mengembangkan industri nasional yang berdaya saing. Seperti sandang, pangan dan papan, dia menilai, pemerintah perlu berfokus untuk menjaga ketahanan energi untuk mendukung sektor manufaktur.
Dengan begitu, seluruh pihak, khususnya holding BUMN di sektor migas perlu mendukung pencapaian upaya tersebut.
"Kita menggunakan gas sebagai sumber energi demi penguatan industri, bukan demi tujuan keuntungan perusahaan," ujarnya.
Achmad menilai wacana kenaikan harga gas tidak masuk akal di tengah harga gas dunia yang cenderung menurun. Apalagi pembentukan holding BUMN di sektor migas seharusnya meningkatkan efisiensi proses produksi dan distribusi gas.
Bila mengalami kerugian, dia menilai seharusnya BUMN di sektor migas bisa mengkomunikasikannya dengan pelaku industri pengguna gas guna mencari solusi bersama pemerintah.
"Dengan holding, tidak mungkin lebih mahal dibandingkan sebelumnya, ketika mereka bersaing," katanya.