Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KNKT Buka 2 Penyebab Jatuhnya Lion Air JT 610, Ini Rinciannya

Dalam presentasi KNKT kepada keluarga korban beberapa waktu lalu, investigator kecelakaan pesawat mengkritik sertifikasi pesawat Boeing tersebut.
Petugas KNKT memeriksa mesin turbin pesawat Lion Air JT610, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (4/11/2018)./Reuters-Beawiharta
Petugas KNKT memeriksa mesin turbin pesawat Lion Air JT610, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (4/11/2018)./Reuters-Beawiharta

Bisnis.com, BANDUNG--Penyebab kecelakaan Lion Air JT 610 yang menewaskan 189 orang pada Oktober 2018 akhirnya terkuat.

Komite Keselamatan Transportasi Nasional (KNKT) menemukan kurangnya informasi teknis yang dibagikan kepada pilot terkait dengan sistem di dalam penerbangan pesawat Boeing 737 MAX tersebut dan kesalahan perawatan pesawat. Kedua poin ini menjadi kontributor utama dalam kecelakaan pesawat Lion Air JT 610. 

Dalam presentasi KNKT kepada keluarga korban beberapa waktu lalu, investigator mengkritik sertifikasi pesawat Boeing tersebut. KNKT mengatakan mekanisme kontrol penerbangan pada sertifikasi tersebut berdasarkan asumsi yang salah. 

Temuan tersebut berakar pada Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (Maneuvering Characteristics Augmentation System/MCAS) yang juga muncul dalam kecelakaan Boeing 737 MAX milik Ethiopian Airlines pada Maret 2019. Kecelakaan tersebut menewaskan 157 orang.

"Setelah tragedi di Ethiopia, mereka menyimpulkan bahwa ini adalah kesalahan Boeing. Kenapa mereka tidak menyampaikan ini sejak awal," ungkap salah seorang keluarga korban, Evi Samsul Komar, seperti dikutip dari Bloomberg. Evi mengaku keluarganya tidak pernah dikontak langsung oleh Boeing.

Fitur MCAS dalam pesawat Boeing 737 Max secara otomatis mendorong bagian hidung pesawat ke bawah. Sistem ini menekan potensi stall pada pesawat secara aerodinamis. Fitur ini telah lama menjadi fokus investigasi setelah dua kecelakaan beruntun yang menimpa Lion Air dan Ethiopian Airlines.   

KNKT mengatakan, sistem itu terlalu bergantung pada sensor sudut tunggal sehingga membuatnya rentan jika sensor itu tidak berfungsi dan mentransmisikan pembacaan yang salah kepada pilot.

Bahkan, kondisi ini tidak disampaikan kepada pilot saat latihan ataupun dimuat dalam buku manual bagi pilot pesawat.  Alhasil, kondisi dari MCAS ini sulit direspons oleh kru pesawat ketika pesawat secara otomatis menukik turun.

Federal Aviation Administration Amerika Serikat memberikan sertifikat lulus uji kepada Boeing dengan mulus. Menurut KNKT, sertifikat pesawat ini diberikan sesuai petunjuk. Namun, standarisasi sertifikat tersebut gagal mendeteksi kegagalan di sistem yang krusial bagi penerbangan.

Presentasi KNKT tersebut juga fokus pada masalah perawatan pesawat. Sensor sudut tunggal dalam pesawat Lion Air JT 610 yang sudah diganti sebelum pesawat jatuh, tidak terkaliberasi dengan baik saat perbaikan pesawat dan kerusakan sensor tersebut gagal terdeteksi.

Akibat perbaikan pesawat yang buruk, masalah yang sama pada sensor pesawat JT 610 muncul pada malam sebelum kecelakaan. Tepatnya pada penerbangan dari Denpasar ke Jakarta. Untungnya, awak pesawat dengan bantuan pilot lain yang berada di atas pesawat berhasil menonaktifkan MCAS dan melanjutkan perjalanan ke Jakarta dengan selamat.

Sayangnya, kru pesawat pada malam itu gagal mencatat kesalahan teknis pada pesawat dan melaporkan tindakan mereka ketika menonaktikan sistem tersebut.

Hasilnya, investigator KNKT menyimpulkan mekanik pesawat JT  610 di Jakarta gagal memperbaiki masalah tersebut sehingga kegagalan muncul kembali pada penerbangan esok paginya.

Sebelumnya, Lion Air dan Ditjen Perhubungan Udara telah menyatakan keberatan terhadap hasil temuan KNKT, dengan alasan kedua pihak menerima banyak tudingan kesalahan di dalam laporan tersebut.

Menurut sumber Bloomberg, laporan KNKT tersebut mengarahkan sebanyak 25 penyimpangan dari total 41 penyimpangan kepada Lion Air. Sayangnya, Boeing dan FAA menolak memberikan komentar terhadap hasil rilis tersebut. Demikian pula dengan Lion Air, perusahaan belum memberikan pernyataan apapun hingga saat ini.

Adapun, KNKT baru akan melakukan rilis laporan investigasi kecelakaan Lion Air JT 610 secara resmi pada Jumat (25/10/2019) di Jakarta.

Laporan hasil investigasi ini keluar disaat regulator di seluruh dunia tengah mempertimbangkan pengunaan Boeing 737 MAX, yang hingga saat ini masih dilarang terbang. Atas larangan terbang tersebut, Boeing telah merugi hingga US$8 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Hendra Wibawa
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper