Percepatan pengembangan program jaringan gas rumah tangga (jargas) menjadi penting dilakukan, melihat dampak keekonomian yang dirasakan pengguna. Pelaku usaha skala kecil sudah merasakan manfaat program itu.
Bambang Kusnadi, pemilik warung makan Lesehan Sarimila di Pasuruan, mengaku mampu menghemat 50% ongkos bahan bakar untuk memasak setelah menggunakan jargas.
Pria berusia 55 tahun ini mengaku, penggunaan jargas memberikan penghematan biaya bahan bakar untuk memasak. Sebelum menggunakan gas bumi, warung makannya menggunakan Liquified Petroleum Gas (LPG) yang diproduksi perusahaan swasta.
Dia menjelaskan setiap harinya, dia memerlukan tiga tabung gas ukuran 5,5 kilogram (kg) dengan harga Rp110.000 per tabung. Dengan begitu, dia mengasumsikan pengeluaran untuk bahan bakar memasak mencapai Rp6 juta.
Setelah beralih menggunakan jargas komersial dua bulan belakangan, Bambang mengeluarkan tagihan atas pemakaian gas bumi melalui jargas kurang lebih sekitar Rp3 juta. “Nemen enake [sangat bermanfaat]. Irit biaya. Sisa Rp3 juta [yang biasa dikeluarkan] untuk nambah karyawan,” selorohnya.
Saat ini, Bambang setidaknya memiliki 7 orang karyawan untuk membantunya mengelola warung makan yang sudah dirintisnya sejak 16 tahun lalu.
Di sisi lain, cerita manis dari penggunaan energi baik ini pun keluar dari mulut warga Karang Anyar, Panggung Rejo, Pasuruan. Bisnis berkesempatan berbincang dengan konsumen jargas, dalam rangkaian Site Visit Jargas oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN).
Ani Kustiyani, ibu rumah tangga berusia 40 tahun ini, sudah lebih dari 1,5 tahun menggunakan jargas. Setiap bulannya, Ani mengeluarkan kocek berkisar Rp35.000 - Rp60.000 untuk membayar tagihan jargas. “Ini program pemerintah sejak Maret 2018, awalnya pendataan dari Ketua RT sampai Lurah. Setiap bulan, saya bayarnya bisa online atau juga ke Alfa dan Indomaret,” ungkapnya.
Sebelum menggunakan jargas, dia mengaku menggunakan kayu bakar dan minyak tanah untuk memasak. Ani pun mengaku kewalahan saat harus mencari kayu atau ranting untuk memasak.
Baik Bambang ataupun Ani mengakui, selain biaya yang dikeluarkan terpangkas, keamanan dan kerepotan untuk mengadakan bahan bakar memasak terpangkas. Jika sebelumnya, konsumen perlu menggonta-ganti tabung gas yang habis, maka dengan jargas hal itu tidak terjadi lagi.
Cerita bernada positif dari pengguna jargas diyakini tidak hanya datang dari Pasuruan. Pasalnya, dengan asumsi penggunaan jargas untuk rumah tangga, konsumen hanya perlu membayar tagihan jargas sekitar Rp60.000 per bulan atau sama dengan harga tiga bungkus rokok.
EKSPEKTASI TINGGI
Untuk mengembangkan proyek jargas, pemerintah menargetkan pembangunan 4,7 juta sambungan rumah (SR) pada 2024. Melihat ekspektasi yang cukup tinggi, pemerintah dan PT Pertamina (Persero) melalui PGN, perlu kerja keras.
Bagaimana tidak, akhir tahun ini pemerintah menargetkan pada akhir tahun ini sudah terbangun aliran gas sebanyak 404.139 SR. Khusus 2019, pemerintah membangun 74.307 SR jargas yang tersebar di 16 lokasi.
Pembangunan jargas tahun ini tersebar di Kabupaten Aceh Utara, Kota Dumai, Kota Jambi, Kota Palembang, Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Cirebon, Kota Lamongan, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Wajo.
Untuk di wilayah Jawa Timur, total sambungan gas rumah tangga yang dibangun menggunakan dana APBN di mencapai 66.111 SR.
Program konkret yang mendukung peningkatan perekonomian rakyat ini, perlu terus didorong. Apalagi, pemanfaatan gas bumi untuk rumah tangga selain lebih menghemat subsidi LPG sekitar Rp178 miliar per tahun atau jumlah impor LPG yang berkurang sekitar 25.500 ton per tahunnya.
Sementara itu, Petugas Harian Division Head Corporate Communication PGN Krisdyan Widagdo Adhi mengatakan program jargas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan penghiliran gas bumi domestik.
“Saat ini dengan peningkatan infrastruktur gas, prioritas penggunaan untuk rumah tanggan dan transportasi terus didorong. Dari sisi alokasi, PGN siap, karena untuk 4,7 juta SR [2025] kami menyiapkan 80 juta kaki kubik per hari [MMscfd],” katanya.
Dari sisi pasokan, SKK Migas mencatat pasokan untuk gas kota dan transportasi baru sebesar 13,02 BBTUD pada tahun lalu, dari total kontrak gas bumi sekitar 26,2 BBTUD.
Dengan adanya surplus gas bumi, rasanya pemerintah dapat lebih mendorong penggunaan energi primer ini untuk kebutuhan rumah tangga dan transportasi.
Bauran Energi
Ke depan, PGN fokus mendukung program pemerintah untuk meningkatkan bauran energi gas sebesar 22% pada 2025. Meningkatnya kontribusi gas bumi akan mengurangi impor BBM dan LPG sebesar Rp62 triliun, penghematan subsidi oleh APBN senilai Rp13 triliun dan peningkatan pendapatan dalam negeri dari nilai tambah industri senilai Rp60 triliun.
Kridyan menambahkan dengan peningkatan konsumsi gas untuk rumah tangga, nantinya akan mengurangi subsidi LPG senilai Rp9 triliun dan pengurangan beban impor LPG senilai Rp19 triliun, saat konversi LPG ke Jargas tercapai 4,7 juta SR.