Bisnis.com, JAKARTA – Perlambatan ekonomi China yang semakin dalam disertai melimpahnya ketersediaan menyebabkan ruang perkantoran di Negeri Tirai Bambu kosong melompong.
Tingkat kekosongan (vacancy rate) ruang kantor di China melonjak ke level tertinggi setidaknya sejak 2008. Menurut firma jasa real estat komersial CBRE Group Inc., tingkat kekosongan di 17 kota besar di China menanjak menjadi 21,5 persen pada kuartal III/2019.
“Lonjakan tingkat kekosongan tahun ini adalah yang terburuk sejak kedalaman krisis keuangan global satu dekade lalu,” terang Sam Xie, kepala riset CBRE Group di China, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (17/10/2019).
Pasar perkantoran di China telah bertubi-tubi dihantam berbagai tekanan sehingga mendorong tingkat kekosongan menyentuh level tertinggi di antara pusat-pusat bisnis global.
Perusahaan-perusahaan luar negeri menunggu berakhirnya perang dagang Amerika Serikat-China sebelum meneken sewa baru dan gedung-gedung pencakar langit yang dibangun selama tahun-tahun booming melepaskan gelombang pasokan yang melimpah.
Sementara itu para tenan, yang sangat mempertimbangkan besarnya biaya, pindah ke gedung-gedung berharga sewa lebih murah saat ekonomi melambat.
“Di Lujiazui di tepi Sungai Pudong, Shanghai, salah satu distrik bisnis termahal di Asia, tingkat kekosongan mencapai 16 persen pada kuartal lalu, naik dari sekitar 3 persen tiga tahun sebelumnya,” papar CBRE.
Di antara perusahaan yang terdampak adalah Mitsubishi UFJ Financial Group Inc., yang pindah ke gedung New Bund Time Square di zona bisnis Qiantan. Di wilayah ini, harga sewanya sekitar 50 persen lebih murah daripada Lujiazui.
Sebagai upaya untuk menarik tenan, penyedia properti menawarkan berbagai insentif termasuk masa bebas sewa yang lebih panjang. Meski demikian, sewa menurun di 14 dari 17 kota pada kuartal terakhir, termasuk hub utama Beijing dan Shanghai, menurut CBRE.
Di Shenzhen, pihak otoritas telah menawarkan diskon sewa sebanyak 50 persen untuk menarik tenan ke zona bisnis Qianhai. Sembilan tahun setelah didirikan sebagai pusat layanan keuangan masa depan, dua per tiga ruang kantor di daerah itu kosong, menurut Colliers International Group Inc.