Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Farmasi Nasional Butuh Rantai Pasok Bahan Baku Terintegrasi

Rantai pasok yang terintegrasi belum dimiliki oleh industri farmasi dalam negeri.
ilustrasi/bisnis.com
ilustrasi/bisnis.com

Bisnis.com, TANGERANG SELATAN – Pelaku industri farmasi menyatakan rantai pasok bahan baku terintegrasi masih menjadi tantangan di tengah dominannya impor untuk produksi obat.

Direktur Utama PT Ferron Par Pharmaceuticals Krestijanto Pandji mengatakan bahan baku industri farmasi diproses melalui rantai pasok yang berjenjang. Bahan baku itu diproses dari produk kimia secara bertahap sehingga pada akhirnya bisa diolah menjadi obat oleh produsen farmasi.

Rantai pasok yang terintegrasi itu, katanya, belum dimiliki oleh industri farmasi dalam negeri.

"Memang tantangannya bagaimana kita bisa membuat industri bahan baku itu secara terintegrasi," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (16/10/2019).

Menurutnya, rantai pasok itu harus dikembangkan secara terintegrasi. Bila dikembangkan secara sebagian, katanya, skala ekonomi untuk produksi bahan baku tidak akan tercapai.

Alhasil, produk yang dihasilkan bakal memiliki harga yang mahal. Dengan begitu, impor bahan baku produk farmasi menjadi pilihan atas kondisi tersebut.

"Tidak mungkin semua dibuat di Indonesia, karena economic scale, kalau tidak nanti terlalu mahal," ujarnya.

Krestijanto mengatakan saat ini industri farmasi nasional masih memanfaatkan bahan baku impor hingga lebih dari 80% untuk produksi obat. Umumnya, bahan baku itu didatangkan dari India, China, Amerika, dan Eropa.

Menurutnya, tidak hanya perusahaan farmasi Indonesia, impor bahan baku itu juga dilakukan oleh berbagai pelaku usaha global. India dan China menjadi negara sumber bahan baku farmasi utama lantaran memiliki rantai pasok industri kimia yang lengkap.

Dia menilai ke depan dibutuhkan pengembangan industri kimia agar rantai pasok bahan baku farmasi lebih lengkap. “China itu dari bahan baku awal, dibuat satu demi satu, hingga akhir, secara terintegrasi. Gampang? Tidak. Investasinya mesti industri petrokimia," ujarnya.

Krestijanto menjelaskan sejauh ini Ferron masih mengimpor 70% bahan baku, khususnya untuk obat kimia. Pihaknya pun sudah mulai mengembangkan bahan baku sendiri atau mensubtitusi bahan baku impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper