Bisnis.com, DENPASAR — Kopi arabika Kintamani mulai menjajaki langsung pasar kopi di Jepang untuk memperluas penetrasi kopi andalan dari Provinsi Bali.
Jepang dinilai sebagai pasar potensial karena budaya minum kopi di negara tersebut sangat tinggi. Selain itu, di negara yang terkenal karena kedisiplinan tersebut banyak terdapat kios-kios kopi berukuran kecil. Hanya saja, ekspor kopi dari Pulau Dewata ke Jepang masih sangat kecil.
Data Dinas Perdagangan dan Perindustrian Bali, pada periode Januari-Juli 2019, volume ekspor kopi ke negeri Sakura tercatat sebanyak 1.273 kg atau senilai US$36.005. Angka ini mengalami peningkatan drastis jika dibandingkan dengan capaian selama 2018 lalu yang terkirim sebanyak 154 kg atau senilai US$4.869. Ekspor kopi dari Bali terbesar adalah ke Taiwan yakni 17.935 kg, senilai US$51.860.
Pemilik Bali Arabica Komang Suarsana menuturkan pasar konsumen di Jepang sudah mengetahui citarasa kopi Kintamani. Dia menceritakan ketika awal bulan ini melakukan promosi di Osaka yang difasilitasi oleh Kantor Bank Indonesia Perwakilan Tokyo, seluruh kopi yang dibawa dari Bali habis dibeli oleh konsumen di negara tersebut.
Menurutnya, masyarakat di negara itu sangat menyukai citarasa kopi Arabica Kintamani. “Ditambah lagi, orang Jepang sudah mengenal Bali sehingga tidak susah untuk memperkenalkan Kopi Kintamani,” tuturnya saat dihubungi, Rabu (16/10/2019).
Suarsana mengungkapkan ke depannya, ekspor kopi Kintamani akan meningkat ke Jepang. Optimisme itu ditopang oleh keyakinan bahwa kini pihaknya sudah mendapatkan mitra untuk bekerja sama. Pekerjaan rumah bagi petani kopi Kintamani di Bali sekarang adalah bagaimana membuat pola tanam secara organik.
Baca Juga
Menurutnya, masyarakat Jepang sangat ketat dalam hal proses produksi. Mereka hanya memilih kopi yang perkebunannya dikelola secara organik sehingga bebas dari pestisida. Suarsana mengungkapkan tuntutan inilah yang harus dipenuhi oleh petani di sini.
“Ini merupakan pekerjaan rumah, karena selama ini kan pola tanam kopi di Kintamani masih tradisional sekali dan perlu diperbaiki supaya benar-benar organik,” jelasnya.
Upaya lain untuk menyakinkan pasar Jepang, kata dia, saat ini pihaknya tengah menjajaki pembukaan kebun baru di daerah Buleleng bekerja sama dengan kementerian kehutanan. Dengan membuka kebun kopi yang benar-benar baru, akan mudah untuk merealisasikan pola tanam secara organik.
SANGAT MUDAH
Kepala Perwakilan BI di Tokyo Causa Iman Karana menjelaskan bahwa sebenarnya untuk masuk pasar Jepang sangat mudah. Satu hal yang harus diberikan adalah kejujuran informasi tentang cara tanamnya apakah organik atau tidak. Kemudian dijelaskan pula jenis pupuk yang digunakan, hingga kebersihan dan cara pengolahan serta keberlanjutannya.
“Sangat itnggi potensi kopi dari Bali, khususnya arabica. Apalagi kopi Bali setahu saya sudah ada yang ditanam secara organik jadi kesempatan sangat besar,” tuturnya.
Selama ini, kopi dari Bali bahkan Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan produksi Vietnam. Menurutnya, petani dari negara tersebut sangat agresif masuk ke Jepang. Pesaing kopi Bali dan Indonesia adalah dari Brasil dan Hawai, Amerika Serikat.
Mantan Kepala BI Perwakilan Bali ini menambahkan sudah ada kopi di Jepang yang menggunakan merek Bali. Hanya saya setelah ditelusuri ternyata pemiliknya belum pernah ke Bali atau menggunakan jasa perantara. Jika petani kopi daerah bisa memiliki akses langsung, maka mempermudah proses distribusi dan pemasaran.