Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menargetkan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan impor bahan baku obat-obatan untuk industri farmasi hingga 15% pada 2021.
Direktur Jenderal Alat Kesehatan dan Farmasi Kementerian Kesehatan Engko Sosialine Magdalene mengatakan selama ini, 95% bahan baku obat-obatan di Indonesia didapatkan dari impor China.
Namun, dengan adanya 11 industri kesehatan yang berhasil memproduksi bahan baku obat, dia berharap ketergantungan terhadap impor mulai menurun. Dia bahkan menargetkan, pada 2021, porsi impor bahan baku obat bisa menurun paling tidak 15%.
“Nah, sekarang di Indonesia sudah ada sekitar 11 industri bahan baku, itu kemajuan yang cukup signifikan. Mereka produksi atorvastatin, simvastatin, eritropoitin, kopidogrel, insulin, dan sefalosporin [golongan antibiotik dan turunannya]. Kalau semua itu sudah diproduksi oleh 11 industri bahan baku, kita berhitung pada 2021, Indonesia bisa menurunkan ketergantungan impor bahan baku obat sampai 15%,” jelasnya kepada Bisnis.com, belum lama ini.
Berdasarkan data Kemenkes, investasi di bidang kesehatan terus meningkat. Pada 2017, nilainya mencapai Rp53,76 triliun, pada 2018 mencapai Rp53,95 triliun, dan sepanjang 1 Januari—10 Oktober 2019 menembus Rp60,9 triliun.
Pada perkembangan lain, persaingan industri farmasi yang cukup ketat membuat pelaku usaha tak hanya berlomba-lomba menciptakan produk obat terbaik, tetapi juga mulai menciptakan bahan baku obat guna mengurangi dependensi terhadap impor dari China.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk. Vidjongtius berpendapat persaingan industri farmasi dalam hal bahan baku obat masih sangat longgar. Buktinya, belum banyak pemain yang masuk ke sektor tersebut.
“Namun, dalam hal persaingan pasar di produk jadi tidak akan banyak berubah karena jumlah pemain farmasi ada banyak, jadi persaingan akan tumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya kepada Bisnis.com, Minggu (13/10/2019).
Menurutnya, kemajuan industri farmasi dalam pengembangan bahan baku obat akan menambah diversifikasi sumber bahan baku obat di Indonesia yang selama ini didapatkan dari impor. “Perubahan ini sehat sekali [bagi industri farmasi] ke depan sehingga mengurangi ketergantungan bahan baku impor.”
Presiden Direktur PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia Pamian Siregar mengaku saat ini memang sudah ada beberapa perusahaan farmasi yang mulai memproduksi bahan baku obat, khususnya bahan baku bioteknologi.
“Kami mengembangkan bahan baku obat kimia melalui anak perusahaan [PT Kimia Farma Tbk.], yaitu Kimia Farma Sungwun Pharmacopia. Sebetulnya ini bukan yang pertama karena sebelumnya pun kami sudah pernah masuk dan menginisiasi pengembangan manufaktur bahan baku obat,” katanya kepada Bisnis.com.
Saat ini, ada tiga bahan baku obat produksi perseroan yang masih dalam tahap pengembangan dan sudah mendapatkan sertifikat Good Manufacturing Practice (GMP) sehingga siap masuk tahap komersialisasi. Ketiganya a.l. 2 golongan penurun kolestrol simvastatin dan atorvastatin, serta 1 antiplatelet pembekuan darah, clopigogrel.