Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan suku bunga acuan dari bank sentral dan pelonggaran aturan pinjaman pemilikan properti seperti loan to value tidak hanya dirasakan di Indonesia, tetapi juga beberapa negara lain di dunia.
Hal ini cukup besar pengaruhnya untuk mendorong investor kembali masuk ke ranah properti lantaran dengan turunnya suku bunga acuan dan loan to value (LTV) akan makin menarik dari segi pembiayaan di tengah siklus properti yang tak kunjung membaik.
Berdasarkan laporan JLL, di Eropa, permintaan pada sektor real estat naik setelah adanya penurunan suku bunga. Harapannya bunga kredit bisa menjadi tetap dan untuk jangka panjang.
“Suku bunga yang lebih rendah di Eropa dan Inggris membuat pemecahan investasi dengan pembelian properti ke harga yang lebih murah menjadi lebih menarik, ini juga kemudian meningkatkan aktivitas kredit di sana,” ungkap Michael Kavanau, EMEA Debt Advisory di JLL, dikutip Bisnis, Kamis (3/10/2019).
Menurut Kavanau, di wilayah Uni Eropa dan Inggris, properti sebagai sarana investasi cenderung mudah dilepaskan, belum lagi karena pembelinya akan terus ada. Namun, masih banyak pula investor yang merasa perlu mengalokasikan dananya ke sektor properti.
“Para pemilik real estat banyak yang menanyakan pilihan mana yang paling tepat. Menurut kami, ya, antara menjual propertinya untuk membeli yang lebih murah atau melakukan pembelian secara kredit dari awal lagi,” jelasnya.
Baca Juga
Penetapan suku bunga pinjaman saat ini berkontribusi pada seperempat pinjaman real estat yang ada di Eropa. Kavanau memperkirakan, jumlah yang ada saat ini naik 15 persen dibandingkan dengan pada 5 tahun lalu.
“Jadi, pasarnya untuk pinjaman dengan suku bunga fix bakal bertumbuh terus, hal itu juga terbantu dengan meningkatnya biaya cicilan. Ini jandi sangat menarik untuk peminjam,” ungkap Kavanau.
Di Indonesia, pemerintah juga belum lama ini telah menurunkan suku bunga acuan Bank Indonesia hingga tiga kali dan pelonggaran LTV. Hal itu, menurut M. Nawawi, Associate Director Paramount Land, bisa menjadi pendorong untuk pembelian dan investasi properti.
“Optimisme bisnis properti terutama dalam penjualan rumah sebagai hunian maupun untuk investasi properti masih berjalan positif. Dengan kebijakan terbaru itu diharapkan dapat membawa dampak positif terhadap pasar properti dan menarik minat calon pembeli untuk segera membeli properti,” ungkapnya beberapa waktu lalu.