Bisnis.com, JAKARTA - Pesawat yang dioperasikan Sriwijaya Air Group dinilai berisiko terhadap keselamatan dan keamanan terutama menyusul tidak adanya dukungan dari perusahaan perawatan pesawat.
Direktur Operasi Sriwijaya Air Fadjar Semiarto mengatakan stok kebutuhan perawatan pesawat yang ada hanya minyak pelumas, beberapa ban, dan jumlah teknisi serta engineer andal yang terbatas. Hal tersebut menyusul keputusan PT GMF AeroAsia Tbk. yang menghentikan layanannya kepada Sriwijaya.
"Kalau dibilang sangat membahayakan tidak, tetapi berisiko jika tetap beroperasi. Dari sisi perawatan pesawat saat ini dalam kondisi yang terbatas," kata Fadjar, Senin (30/9/2019).
Kondisi tersebut membuat Sriwijaya mendapatkan skor 4A pada hazard identification and risk asessment (HIRA) yang dirilis oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan. Adapun, nilai terendahnya adalah 5A.
Skor HIRA terbagi ke dalam tiga tahapan. Pada 3E, 2D, 2E, 1B, 1C, 1D, dan 1E adalah bisa diterima (Acceptable). Kemudian, 5D, 5E, 4C, 4D, 4E, 3B, 3C, 3D, 2A,2B, 2C, dan 1A bisa diterima berdasarkan mitigasi risiko dan membutuhkan keputusan manajemen. Lalu, 5A, 5B, 5C, 4A, 4B, dan 3A adalah tidak dapat diterima.
Pihaknya menjelasan rata-rata usia pesawat yang dimiliki maskapai adalah 17 tahun. Kendati demikian, usia pesawat tidak menjadi permasalahan sepanjang dukungan perawatan terpenuhi.
Baca Juga
Dia merekomendasikan agar maskapai tersebut untuk menghentikan operasionalnya untuk sementara waktu.