Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih berada di kisaran 5 persen dan tak jauh berbeda dari tahun lalu membuat pertumbuhan di sektor properti kawasan industri sepanjang semester I/2019 juga mengalami perlambatan.
Riset Cushman & Wakefield menjelaskan bahwa pada kuartal II/2019, permintaan di kawasan industri mengalami pelemahan dengan hanya ada penyerapan lahan seluas 11,8 hektare pada kuartal II/2019 sehingga permintaan pada kuartal II/2019 anjlok 88,21 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Director Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia Arief Rahardjo menyebut dalam risetnya bahwa perusahaan logistis masih mendominasi kontribusi keterisian kawasan industri.
“Memang kelihatannya banyak investor yang masih wait-and-see sampai nanti presiden dilantik. Hal ini membuat permintaan tahunan diperkirakan baru akan kembali tumbuh setelah akhir kuarta III/2019,” ungkapnya melalui laporan tertulis, dikutip Bisnis, Minggu (29/9).
Dari sisi harga, kawasan industri mengalami penurunan harga tipis hanya 0,27 persen pada kuartal II/2019 dibandingkan dengan pada kuartal sebelumnya (qoq) dan 3,71 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan kisaran harga Rp2,56 juta per meter persegi.
“Sampai akhir 2019 diperkirakan harganya akan stabil dan tidak akan tumbuh jauh berbeda dari saat ini, meskipun sudah banyak perkembangan dari industri e-commerce juga,” sambung Arief.
Adapun, dari seluruh kawasan industri yang ada di Jabodetabek saja, kawasan industri di Serang mendapat permintaan tertinggi dibandingkan dengan di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Purwakarta, Karawang, dan Bogor.
Di Serang, Cushman & Wakefield mencatat ada pasok sebanyak 3.095 hektare dengan permintaan kumulatif sebanyak 1.452 hektare. Sedangkan permintaan per kuartalnya ada sekitar 3 hekatare dan sejak awal tahun (year-to-date/ytd) permintaan tercatat sebanyak 79,8 hektare.