Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian memutuskan untuk memperpanjang kebijakan penarikan hatchery egg (HE) atau telur tetas ayam pedaging siap potong (final stock/FS).
Kebijakan penarikan telur tetas fertil (yang sudah dibuahi) usia 19 hari sebanyak 10 juta butir sebelumnya berlaku selama periode 2–20 September bagi 44 perusahaan pembibitan ayam. Dalam surat edaran terbaru bernomor 10301/SE/PK.230/F/09/2019, penarikan telur tetas diperpanjang sampai 6 Oktober 2019 mendatang.
"Penarikan telur tetas fertil umur 19 hari sebanyak 10 juta butir per minggu dilaksanakan selama 23–29 September. Sementara pada periode 30 September–6 Oktober sebanyak 5 juta butir," terang Direktur Perbibitan dan Produksi Kementerian Pertanian Sugiono dalam pesan tertulis kepada Bisnis, Rabu (25/9/2019).
Pelaksanaan kegiatan penarikan day old chick (DOC) FS sendiri berada di bawah evaluasi Tim Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Telur dan Ayam Konsumsi yang dilakukan setiap dua pekan. Berdasarkan evaluasi ini, tim dapat menghentikan atau melanjutkan pengurangan DOC FS.
Perpanjangan kebijakan pengurangan DOC FS pun dibenarkan oleh Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia wilayah Jawa Tengah, Pardjuni. Kendati demikian, ia mengharapkan kebijakan pengurangan dapat diperpanjang lebih lama menyusul potensi kelebihan pasokan ayam pedaging yang berlangsung sampai akhir tahun.
"Penarikan telur itu, iya diperpanjang. Cuma nanti kami minta dikawal terus sampai dengan jangan hanya awal Oktober. November pun perlu dilakukan. Kenapa? Karena potensi produksi tetap tinggi. Sekitar 69 sampai 70 juta per minggu," katanya.
Rekaman data Ditjen PKH menunjukkan potensi produksi daging ayam selama periode Januari–Desember mencapai 3,8 juta ton atau 319.139 ton per bulan. Jumlah ini 17,77% lebih besar dari kebutuhan yang diperkirakan sebesar 3,25 juta ton selama periode yang sama atau 270.979 ton setiap bulannya.
Meski terdapat potensi surplus, Ditjen PKH menyebutkan realisasi di lapangan sampai Agustus 2019 memperlihatkan kelebihan produksi hanya mencapai 577.918 ton atau 7,29% lebih besar dari produksi sebanyak 2,33 juta ton. Volume ini sendiri disebut merupakan angka yang ideal untuk cadangan pangan nasional.
Sementara itu, Pardjuni menyebutkan harga ayam broiler siap potong (livebird) mulai merangkak naik di kisaran Rp16.000 per kilogram (kg). Namun harga jual di tingkat peternak tersebut ia ungkapkan masih lebih rendah dibanding harga pokok produksi yang berkisar di angka Rp17.500 sampai Rp18.000 per kg.