Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi China pada kuartal ketiga disebut-sebut menjadi yang terlemah sepanjang tahun ini. Seluruh sektor seperti manufaktur, properti, dan jasa memburuk bahkan ketika aktivitas pinjaman bertambah.
Laporan yang tertuang dalam Beige Book, yang didasarkan pada wawancara dengan lebih dari 3.300 perusahaan di China sejak pertengahan Agustus hingga pertengahan September, mengungkapkan pergulatan ekonomi China di seluruh sektor pada kuartal III/2019.
Menurut laporan kuartalan itu, pendapatan, laba, volume, dan harga penjualan manufaktur menurun dari kuartal sebelumnya, meskipun pinjaman tetap menyentuh level tertinggi.
“Pelemahan ekonomi saat ini terutama disebabkan oleh manufaktur. Meski penurunan ekspor berkontribusi, sebagian besar penurunan itu dikarenakan pertumbuhan harga penjualan yang jauh lebih lambat,” paparnya, seperti dilansir Bloomberg, Rabu (25/9/2019).
Harga penjualan manufaktur berhenti naik pada Juni dan kemudian turun pada Juli dan Agustus. Kondisi ini bisa merugikan keuntungan perusahaan serta membatasi kemampuan untuk berinvestasi.
Sementara itu, sektor jasa terus berkinerja buruk. Baik pendapatan dan laba sektor ini turun dari periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga
“Perekrutan juga melambat. Ini artinya jika manufaktur memang harus melepaskan sejumlah besar pekerjaan, sektor jasa tidak menunjukkan kapasitas untuk menyerapnya,” terang laporan itu.
Di sisi lain, ada kebangkitan dalam hal pinjaman pada periode kuartal III/2019. Lembaga keuangan non-bank (shadow banking) mencatat kenaikan triwulanan terbesar sejak laporan Beige Buku dimulai, penerbitan obligasi naik untuk kuartal kelima, sedangkan aktivitas pinjaman meningkat.
“Tren ini menunjukkan tidak ada kekurangan kredit untuk ekonomi,” lanjut laporan itu.
Laporan yang sama juga menunjukkan lebih dari 30 persen perusahaan manufaktur melakukan peminjaman setiap kuartal. Kondisi ini menunjukkan kesulitan pada sektor tersebut secara keseluruhan.