Bisnis.com, JAKARTA -- Mundurnya masa tanam untuk komoditas pangan sebagai imbas kemarau yang lebih panjang dinilai tak banyak berpengaruh pada produksi tahun depan. Kendati demikian, kondisi ini bakal sangat dipengaruhi oleh curah hujan pada musim penghujan mendatang.
Mundurnya musim hujan biasanya diikuti dengan perubahan pola tanam petani. Ketua Umum Asosiasi Bank dan Benih Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengemukakan para petani cenderung mengawali musim hujan dengan menanam tanaman palawija berusia pendek yang kemudian disusul dengan penanaman padi.
"Biasanya jika mundur tanam seperti itu petani mengubah pola tanamnya. Kalau ada hujan petani akan menanam palawija berumur pendek dulu, baru jadi padi yang dimulai pada Desember-Januari," kata Dwi saat dihubungi Bisnis, Jumat (20/9/2019).
Dengan perkiraan masa tanam yang dimulai pada Desember, Dwi memprediksi puncak panen akan berlangsung selama April sampai Mei. Curah hujan pada bulan ini, sambungnya, akan sangat mempengaruhi masa tanam kedua tanaman padi.
"Kalau mereka tanam Desember [2019] kan, April [2020] mereka sudah panen. Jika relatif banyak bulan April hujannya, Mei akan tanam padi lagi," katanya.
Dwi pun tak memungkiri jika penanaman padi masih berlangsung di sejumlah daerah meski kemarau masih berlanjut. Kendati demikian, jumlahnya tak seberapa jika dibanding luas lahan secara keseluruhan.
Baca Juga
Di sisi lain, produksi padi tahun ini diperkirakan turun dibanding 2018 akibat berkurangnya luas panen. Hal ini ditambah dengan kekeringan yang terjadi, potensi puso, dan sebagainya.