Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Badan Karantina Akan Fasilitasi Usaha Pertanian Berorientasi Ekspor

Badan Karantina Pertanian (Barantan) berkomitmen memfasilitasi percepatan investasi pada sejumlah bidang usaha berorientasi ekspor yang berada di cakupan wilayah kerjanya. 
Petugas memeriksa kemasan sarang burung walet siap ekspor ke China, di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (29/1/2015)./Antara-Rivan Awal Lingga
Petugas memeriksa kemasan sarang burung walet siap ekspor ke China, di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (29/1/2015)./Antara-Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Karantina Pertanian (Barantan) berkomitmen memfasilitasi percepatan investasi pada sejumlah bidang usaha berorientasi ekspor yang berada di cakupan wilayah kerjanya. 

Adapun sejumlah usaha yang berpotensi untuk didorong dalam rangka peningkatan ekspor di antaranya adalah usaha fumigasi, peti kemas kayu, rumah walet, dan industri pemrosesan sarang walet.

Kepala Barantan Ali Jamil mengatakan pihaknya telah menerapkan empat langkah akselerasi ekspor produk pertanian. 

Pertama, pemberian layanan prioritas pada pengguna jasa yang patuh. Kedua, in-line inspection, yakni eksportir dilatih dan disertifikasi dalam menyiapkan komoditas yang sehat untuk mempermudah dan mempercepat proses karantina ekspor.

"Ketiga, melalui protokol karantina dengan komunikasi dan terobosan kebijakan SPS [sanitary and phytosanitary] dengan negara mitra guna menghilangkan hambatan ekspor," ujarnya, Rabu (18/9/2019).

Keempat, akselerasi dilakukan melalui E-Cert atau sertifikasi elektronik yang dipertukarkan dengan negara tujuan ekspor sebagai jaminan keberterimaan produk. Adapun untuk saat ini, sertifikat elektronik telah diimplementasi dalam ekspor ke empat negara, yakni Belanda, Australia, Selandia Baru, dan Vietnam.

Barantan menargetkan dapat menerbitkan 1 juta dokumen ekspor produk pertanian dengan volume sebesar 45 juta ton pada tahun ini. Pada 2018 lalu, Kementan mencatat total ekspor produk pertanian berada di angka 42,5 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper