Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Presiden Bank Dunia: Pertumbuhan Global Tampak Melambat Lebih Curam

Presiden Bank Dunia (World Bank) David Malpass menyatakan ekonomi global tampak akan melambat lebih dari yang diperkirakan sebelumnya. Tumpukan utang dengan yield negatif menunjukkan pertumbuhan akan lebih lambat di masa mendatang.
Presiden Bank Dunia David Malpass./Reuters-James Lawler Duggan
Presiden Bank Dunia David Malpass./Reuters-James Lawler Duggan

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Bank Dunia (World Bank) David Malpass menyatakan ekonomi global tampak akan melambat lebih dari yang diperkirakan sebelumnya. Tumpukan utang dengan yield negatif menunjukkan pertumbuhan akan lebih lambat di masa mendatang.

“Perlambatan pertumbuhan global berbasis luas. Perkembangan terbaru mengisyaratkan ekspansi dunia tahun 2019 kemungkinan akan meleset dari proyeksi Bank Dunia pada Juni sebesar 2,6 persen secara riil,” ungkap Malpass dalam sebuah pidato di Washington pada Selasa (17/9/2019).

“Tingkat pertumbuhan nominal tampaknya akan melambat menjadi kurang dari 3 persen, suatu kekecewaan yang besar dari laju sekitar 6 persen pada 2017 dan 2018,” tambahnya, sebagaimana diberitakan Bloomberg.

Menurut Malpass, obligasi bernilai sekitar US$15 triliun dengan yield nol atau negatif menunjukkan bahwa investor menerima premis pasar atas return yang sangat rendah atau bahkan negatif selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun.

“Modal beku ini menyiratkan pertumbuhan lebih lambat di masa depan,” tuturnya.

Komentar Malpass di Washington, pidato penting pertamanya di depan publik sejak menjabat pada bulan April, disampaikan ketika prospek ekonomi global meredup menjelang pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) bulan depan.

IMF dikabarkan tengah bersiap untuk memperbarui proyeksi pertumbuhannya dalam World Economic Outlook terbaru, setelah menurunkan proyeksi pada bulan Juli menjadi 3,2 persen tahun ini.

Selain pada perlambatan China, perlambatan global juga terlihat dalam penurunan yang substansial di Argentina, India, dan Meksiko, ditambah kondisi yang mengecewakan di seluruh negara berkembang.

“Beberapa bagian di Eropa berada dalam resesi atau mendekatinya, dengan Jerman dan Inggris mengalami kontraksi pada satu kuartal, sementara Italia dan Swedia telah mengalami stagnasi selema beberapa kuartal,” papar Malpass.

Sementara itu, sejumlah besar modal yang terkunci dalam obligasi ber-yield rendah dengan tingkat investasi modal yang secara historis kurang bergairah menyiratkan bahwa pertumbuhan, terutama di negara-negara berkembang, akan tetap lambat karena stok modal saat ini memburuk.

“Itu tantangan bagi Bank Dunia,” imbuh Malpass.

Bank-bank sentral di seluruh dunia telah bergulat dengan bagaimana menanggapi pertumbuhan yang lebih lemah karena perang perdagangan AS-China menambah ketidakpastian untuk konsumen dan bisnis.

Pada Juli, bank sentral AS Federal Reserve merujuk pada implikasi perkembangan global terhadap prospek ketika memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam satu dekade.

Para pembuat kebijakan The Fed diperkirakan akan kembali memangkas suku bunganya dalam pertemuan kebijakan yang berakhir Rabu (18/9) waktu setempat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper